Akhir-akhir ini Indonesia sangat sarat dengan pemberitaan yang akan membuat urat dahi bertaut. Mulai dari pemberitaan agen umroh yang menggelandangkan uang miliaran jamaah hingga koruptor yang terciduk tertidur di atas uang miliaran rupiah. Luar biasa kawan! Namun kali ini, kita tidak akan mengulas persoalan ini. Pemberitaan yang sedikit menggelitik untuk dibahas, namun sarat dengan dasar-dasar fikri kita sebagai umat islam.
Saracen. Kelompok penyebar berita kebencian. Siapa yang tak kenal istilah ini? Kelompok ini diduga beranggotakan beberapa orang yang dengan lihainya mampu menggiring pola pikir orang kebanyakan. Kelompok penyebar konten-konten fitnah pada pihak-pihak tertentu dengan begitu tampak sangat meyakinkan. Konon, tidak sedikit orang yang menelan mentah-mentah pemberitaan tersebut.
Lalu apa motif Saracen? Menurut pemberitaan media, Saracen mematok harga yang fantastis untuk satu hoax yang akan diedarkan melalui media sosial. Pihak-pihak dibelakang layar cukup membayar dengan harga sekitar 72 juta rupiah untuk konten kebencian yang mereka inginkan. Apakah hanya motif materiil tujuan Saracen? Wallahu alam bishawab…
Bukankah tanpa kita sadari, provokator bermunculan di antara umat-umat dengan menyebarkan propaganda-propaganda yang mampu memecah umat. Umat tampaknya begitu sangat mudah untuk menerima berita fitnah dan tanpa berpikir panjang menyerang pihak-pihak yang telah diplot sebagai sasaran Saracen. Mereka dengan lihainya menyebar gosip untuk sekedar popularitas atau sebagai senjata fitnah kepada segolongan tertentu. Entah pihak mana yang menggunakan cara licik tersebut. Politikkah? Wallahu alam bishawab…
Menyadari hal tersebut, lalu apa yang musti kita lakukan?
Tabayyun kawan!
Apakah tabayyun itu? Tabayyun adalah proses mencari tahu, proses meneliti atau menelaah untuk mendapatkan kebenaran atau fakta.
Bukankah di dalam Al Qur’an sangat jelas memaparkan tentang tabayyun? Berikut firman Allah SWT dalam surah Al-Hujuraat : 6
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti (tabayyun) agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (Al-Hujuraat : 6).
Firman Allah tersebut menyeru kita untuk menjadi pribadi yang cerdas dengan akal dan iman kita. Tidak menjadi pribadi yang mudah dibodohi atau membodohkan diri dengan dilatarbelakangi provokator-provokator dengan dalih tertentu. Sangat jelas bukan?
Sungguh Islam menindak keras upaya-upaya fitnah sebagaimana firma Allah dalam surah Al-Hujuraat: 12
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” (Al-Hujuraat: 12)
Maukah kita memakan bangkai saudara sendiri? Tentu tidak.
Sungguh, mencerdaskan pribadi dengan bertabayyun di zaman ini sangatlah penting. Menghindarkan pertikaian, polemik yang tak ada untungnya, maupun perpecahan sesama umat patutlah kita hindari. Tanpa kita sadari senjata pemecah umat saat ini bukanlah senjata berapi, senapan, maupun nuklir. Senjata mereka adalah senjata abstrak, tak tampak, dan sangat halus, namun sangat ampuh untuk mengenai sasaran. Senjata abstrak yang menyerang pola pikir kita. Sasaran itu adalah kita!
Kawan, mari bertabayyun. Menciptakan pribadi yang berhati-hati dalam berpikir, menelaah dan mempelajari konten-konten informasi saat ini, insya Allah kita akan terhindar dari pihak-pihak Saracen maupun pihak-pihak penyebar fitnah lainnya. Dengan begitu, tabayyun menjadikan diri kita cerdas sebagai umat Islam, umat Rasulullah SAW.
Penyusun :
Anita Sukarno
Dept. Syiar – Formmit
02/09/17