Tawazzun: Fisik, Akal dan Spiritual

Dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 30 disebutkan :

30_30

 Yang artinya :

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Dalam sebuah hadits juga dipertegas tentang manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, Rasulullah SAW bersabda “Seorang bayi tak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yg akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi.”

Dari uraian tersebut dapat kita simpulkan bahwa manusia sesungguhnya dilahirkan dalam keadaan baik, suci, fitrah, sehingga pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan dalam kebaikan (Hanif), tapi orang tua, dan atau juga lingkunganlah yang dapat membuat manusia jauh dari fitrahnya, dan naluri beragama.

Sikap Tawazzun atau seimbang, dapat menghindarkan kita menjauh dari kesucian kita, sehingga kita senantiasa menjadi muslim yang memiliki kecenderungan dalam kebaikan. Untuk menjaga keseimbangan kita sebagai manusia, ada 3 potensi penting yang harus senantiasa dijaga, 3 potensi itu adalah, fisik, akal, dan spiritual. Kebanyakan manusia, terutama orang-orang selain muslim, sangat memperhatiakn dua potensi yaitu, fisik dan akal, tapi mereka melupakan spiritual yang mana sebenarnya merupakan potensi yang penting dalam kehidupan.

Lalu bagaimana cara menjaga 3 potensi tersebut? Untuk menjaganya supaya tetap seimbang kita harus memberi ‘makanan’ bagi 3 potensi tersebut sesuai dengan proporsinya, jadi, tidak hanya sekedar 50:50. Apa saja makanan-makanan untuk 3 potensi itu? Untuk fisik, sudah jelas makanannya adalah makanan yang baik untuk jasad kita, tidak sekedar baik, tapi juga tentunya Halal seperti disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 168 yang artinya “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. Selain halal dan baik, makanlah secukupnya. 3 kriteria, halal, baik, dan tidak berlebihan.

Makanan untuk akal adalah ilmu, sebagai manusia hendaknya kita selalu menuntut ilmu, seperti dalam pepatah, “Tuntutlah ilmu hingga ke negri Cina”. Karena memang benar, ilmu adalah hal yang penting, manusia yang beribadah tanpa ilmu dapat jatuh ke dalam jurang bid’ah, yang mana dapat menjerumuskan pada neraka. Menuntut ilmu merupakan keharusan bagi seluruh umat Islam.

Yang ketiga adalah makanan spiritual yang sering dilupakan padahal merupakan hal yang penting, yaitu berdzikir, mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Manusia yang hanya memenuhi dua hal pertama (fisik dan akal) mungkin akan mendapatkan yang mereka inginkan, jabatan, harta, atau fisik yang mumpuni, tapi di dalam dirinya senantiasa akan merasa kosong, dan bahkan tidak tenang meskipun segala kebutuhan dunia telah terpenuhi. Karena hanya dengan mengingat Allah hati kita akan tenang, jiwa kita akan tentram.

Marilah kita mulai untuk menjaga keseimbangan itu, ber Tawazzun untuk mendapatkan dunia dan akhirat. Cara terbaik untuk bisa menjaga keseimbangan ini adalah dengan mengikuti hidup ala Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam (Kamil-Forsel).

Comments

comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *