Syariah Islam in Our Life

Merugilah orang-orang kafir yang berbuat baik, amalan kebaikannya tidak dinilai di sisi Allah SWT, kebaikannya hanya dinilai oleh orang lain dalam bentuk sanjungan, penghargaan ataupun harta atas jasa yang telah dilakukannya. Dalam arti lain amalan kebaikan orang kafir akan segera diperhitungkan oleh Allah SWT di dunia, tanpa suatu amalan pahala apapun yang dapat dibawa oleh mereka orang-orang kafir ke alam setelah dunia, yaitu akhirat, sepanjang mereka tidak bertakwa dan berpedoman pada syariat islam.

Kehidupan di Taiwan, yang sangat sarat akan hal-hal yang senantiasa menggoda kita umat muslim untuk melanggar apa yang telah diajarkan oleh Al-Quran dan Hadis, merupakan ujian bagi kita orang-orang yang beriman. Dan Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak akan menguji kamu, melainkan disesuaikan ujian itu dengan iman hambanya.” Sehingga walaupun banyak godaan dimana-mana, maka kita sebagai umat yang berpegang teguh pada ajaran islam, harus istiqomah menjaga keislaman kita dan bersilatuhrahmi, bersatu padu sesama muslim, untuk mengokohkan keberadaan umat Islam di muka bumi.

 

“Dan berpegang eratlah kalian semua dengan tali Allah dan janganlah berpecah belah.” (QS. Âl Imran : 103)

Melangkah lebih jauh mengenai syariah islam, sesungguhnya telah disadari bahwa manusia diciptakan dalam keadaan fitrah, yaitu dalam keadaan islam, maka jika ia tidak berjalan dalam syariah yang benar, Islam, maka kedua orang tuanya-lah yang bertanggung jawab atas itu. Dan dalam firman Allah SWT, tidak disebutkan jika seseorang tetap beragama islam setelah Ia lahir, maka orang tuanya-lah yang mengislamkan-nya, tapi justru merekalah (bapak dan ibu) yang memelihara mereka dalam keadaan fitrahnya (Islam).

 

“Siapa yang kufur terhadap thaghut dan beriman kepada Allah, maka dia itu telah berpegang teguh kepada buhul tali yang sangat kokoh (laa ilaaha ilallaah)” (Al Baqarah: 256)

Maka ayat yang demikian itu merupakan perintah agar kita beriman kepada Allah SWT, mematuhi perintahNya dan menjauhi segala laranganNya, berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan dan menjauhi perbuatan dzalim terlebih pada bulan-bulan yang diharamkan oleh Allah SWT yaitu bulan Dzulqo’dah; Dzulhijjah; Muharram; dan Rajab.

 

Allah SWT berfirman,

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36)

 

Dari Abu Bakroh, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679) [Media/Anti]

 

 

Comments

comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *