Safar dalam Islam (Wajibnya Sholat Jumat bagi Mereka yang TIDAK dalam Keadaan Safar)

11. Ketika rombongan musafir melalui sebuah masjid, yang paling afdhol adalah, melakukan shalat berjamaah secara terpisah khusus rombongan musafir, dilakukan dengan mengQashar, sesuai Sunnah. Jika mau sekalian menjama’ maka segeralah langsung melakukan shalat berikutnya setelah membaca istighfar 3x

12. Menjama’ shalat Maghrib dan ‘isya’ bagi Musafir, caranya : Shalat Maghrib sempurna 3 rakaat (tidak boleh diQashar) dan ‘isya’ 2 rakaat (diQashar). Jika ia berangkat sebelum tiba waktu Zhuhur, maka ia boleh mengakhirkan Zhuhur di waktu Ashar (jama’ ta’khir). Jika berangkat setelah Zhuhur maka lakukan shalat Ashar di waktu Zhuhur (jama’ taqdim). Demikian juga untuk Maghrib & ‘isya’ .

13. Jika musafir berangkat setelah waktu shalat Zhuhur, sebelum waktu ‘Ashar, maka ia tidak boleh menjama’ Zhuhur dan ‘Ashar kecuali jika ia telah keluar dari daerah tempat tinggalnya dan dapat dikatakan telah berada dalam perjalanannya. Rasulullah SAW ketika akan haji Wada’ beliau shalat Zhuhur 4 rakaat di Madinah. Kemudian setelah keluar Madinah dan sampai Dzulhulaifah (miqatnya orang Madinah) maka beliau shalat ‘Ashar 2 rakaat.

14. Menjama’ dua waktu shalat tidak dibolehkan, kecuali ada ‘udzur syar’i, seperti safar, sakit, hujan yang membuat basah kuyup dan menyebabkan beberapa kesulitan seperti adanya lumpur. Jadi ketika turun hujan boleh menjama’ shalat Maghrib & ‘Isya, atau Zhuhur & ‘Ashar, syaratnya adalah turun hujan, jalanan licin berlumpur, banjir, DAN menyulitkan untuk keluar menuju masjid. Yang dibolehkan hanya menjama’ saja. Sedangkan Qashar itu keringanan untuk orang yang safar saja.

15. Seorang musafir hanya boleh menjama’ shalat Zhuhur dengan ‘Ashar di salah satu waktunya, dengan catatan sebelum matahari menguning. Boleh juga menjama’ Maghrib dan ‘Isya’ di salah satu waktunya, dengan syarat sebelum tengah malam. Adapun shalat Subuh wajib dilakukan tepat pada waktunya, sebelum matahari terbit.

16. Shalat Jumat tidak boleh digabung ‘Ashar. Musafir harus shalat ‘Ashar pada waktunya. Namun jika Musafir tidak shalat Zhuhur dan tidak shalat Jumat bersama masyarakat, maka boleh saja ia menjama’ Zhuhur dengan ‘Ashar. Musafir tidak wajib shalat Jumat.

Dalam safarnya Rasulullah SAW menjama’ Zhuhur dan ‘Ashar ketika haji Wada’. Ketika hari ‘Arafah, beliau shalat dengan 1x adzan dan 2 iqamat, melaksanakan Zhuhur dan ‘Ashar dijama’. Waktu itu hari Jumat namun beliau tidak melakukan shalat Jumat.

Kesimpulan:

Berdasarkan poin-poin yang dipaparkan di atas, maka, tidak ada dalih bagi seorang Muslim untuk meninggalkan sholat jumat dikarenakan alasan safar sebagai pelajar/pekerja di Taiwan, mengingat ketika menandatangani kontrak, para pelajar/pekerja, sudah memiliki niat untuk menetap, setidak-tidaknya 1 tahun. Padahal ketika kita berniat tinggal selama lebih dari 4 hari tidak lagi dapat dikatakan sebagai musafir.

Adapun solusi bagi mereka yang tidak dapat pergi ke masjid ketika sholat Jumat, maka dapat mengadakan sholat Jumat sendiri, di pabrik/kampus masing-masing, dengan jumlah minimal 3 orang laki-laki baligh dan menggunakan tempat yang secara istiqomah diadakan sholat Jumat bukan tentative (sementara). Untuk mengatasi keterbatasan kemampuan menjadi khotib, maka kita dapat belajar untuk melakukan khotbah Jumat dengan diambil pokok wajibnya saja. Misal rukun khotbah :

1. Hamdalah

2. Sholawat

3. Wasiat taqwa

4. Membaca minimal 1 ayat Al-Quran

5. Doa.

Kelima rukun tersebut dapat dilakukan kurang dari 1 menit, sehingga tidak ada alasan keterbatasan waktu bagi kita untuk tidak melaksanakan sholat Jumat dengan sengaja. Wallahua’lam (Firdaus Muhammad).

 

Comments

comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *