Risalah Cinta Bersama Cak Nun

 

Memasuki halaman depan gedung serba guna, dapat terlihat tenda berdiri di kanan dan kiri jalan, tersedia stand aneka aksesoris, barang elektronik sampai kartu SIM seluler. Ada juga stand FORMMIT yang menjual minuman segar. Di depan pintu masuk panitia penyambut tamu berdiri teratur membagikan snack dan lembar pengumuman.


Bertemakan “Risalah Cinta: Menyatukan Perbedaan dalam Ukhuwah”, tabligh akbar yang diadakan oleh MTYCIT ini menyedot perhatian masyarakat Indonesia dari berbagai kota di Taiwan, baik dari kalangan BMI maupun mahasiswa. Sebelum dzuhur hadirin disambut dengan pementasan seni, grup musik BMI berbagai kota unjuk gigi dengan lagu-lagu religius ciptaan gigi dan ungu. Dalam pentas seni itu juga tampil drama dengan lakon pembantu rumah tangga. Drama yang digarap satire ini cukup menghibur hadirin dengan berbagai lawakan dan sindiran khas ludruk/ketoprak.



 

Pengajian yang diisi oleh Cak Nun sendiri baru berlangsung sekitar pukul setengah tiga, setelah sebelumnya berturut-turut sambutan disampaikan dengan durasi waktu yang sangat panjang, mulai dari Ketua Panitia, Ketua FORMMIT hingga Perwakilan KDEI. Cak Nun akhirnya maju ke depan dan memulai tausiyahnya dengan terlebih dahulu merubah posisi duduk hadirin menghadap ke barat.



 

Dalam tausiyah yang disampaikannya, Cak Nun mengajak hadirin untuk sama-sama merenungi semua permasalahan hidup dari dasar, mulai dari definisinya. Karena kesalahan dalam menyikapi masalah akan menimbulkan kesalahan yang lain. Cak Nun memberi contoh hal-hal mendasar seputar kehidupan pekerjaan dan rumah tangga.

 

Selama menyampaikan tausiyahnya, Cak Nun yang memang dikenal ramah, terlihat sangat akrab dan tidak menggurui. Hadirin diajak masuk ke dalam perenungan dan diskusi kontemplatif, yang tetap segar dan penuh canda. Setiap kali lawakan cerdas Cak Nun sampaikan, hadirin tertawa sambil juga berpikir dalam. Seperti saat menyampaikan tentang arti kentut dan wudhu, juga Inul dan goyang dangdut. Di akhir tausiyah Cak Nun mengajak hadirin bersama-sama memperbaiki diri dan agar setelah pulang ke Indonesia menjadi pribadi yang lebih baik.



 

Tausiyah dipotong dengan waktu istirahat sekitar setengah jam yang diisi dengan pementasan Qashidah dari Majelis Ta’lim Taipei. Setelah istirahat, Cak Nun kembali maju dan memimpin doa penutup. Acara ditutup sekitar pukul empat sore dan dengan senyum dan rona puas di wajah para hadirin. [Ashif]

Comments

comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *