Renungan Akhir Tahun 1430 H

Sangat banyak nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita, yang ternyata tidak berbanding lurus dengan kesyukuran dan ketaatan kita kepada-Nya. Padahal andai kita berani jujur. Apalah kelebihan kita? Apalah keunggulan kita dibanding yang lain.

Seandainya dosa dan maksiat yang kita lakukan, menimbulkan bau busuk, maka sungguh tak seorang yang ingin duduk dan bergaul dengan kita, dan sungguh bumi tempat berpijak kita ini akan dipenuhi dengan berbagai macam bau busuk maksiat.

Tahukah kita bahwa pada hari kiamat nanti, mulut kita akan bungkam membisu? Tangan kita akan membuka kedok maksiat yang pernah kita lakukan semasa di dunia. Bahkan pikiran-pikiran kotor yang sering menari-nari dalam benak kita dan hayalan yang merasuki hati kita pun diketahui dan diawasi dengan cermat oleh Allah.

“Pada hari kiamat ini Kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan”. (QS. Yasin: 65)

“Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka akan berkata kepada kulit mereka: “Mengapa kami menjadi saksi terhadap kami?” Maka kulit mereka menjawab: “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada kali yang pertama dan hanya kepada-Nyalah kamu kembali.” (QS. Fushshilat: 20-21)

Jangan jadikan diri kita sebagai bahan bakar api neraka. Gunakanlah segala nikmat Allah berupa anggota tubuh yang lengkap sesuai dengan fungsinya yang diperintahkan.

Ingat firman Allah:

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak di pergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak di pergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS. Al A’raf: 179)

Dalam masalah ibadah pun, kita sulit merasakan kenikmatannya. Membaca Al-Qur’an semakin hambar saja. Penyebabnya bisa jadi karena hati kita yang penuh debu-debu kemaksiatan, terkontaminasi dengan segala macam polusi kebejatan.

Utsman bin Affan ra berkata:

“Seandainya hati kalian bersih dan suci, maka tentulah hati itu tidak akan pernah merasa bosan oleh Kalam Tuhan.”

Janganlah membayangkan yang jauh, sekedar, memahami bacaan sholat saja pun terkadang kita tidak mampu, sholat kerap kali tidak khusyuk. Kita sepertinya belum maksimal melaksanakan sholat-sholat wajib secara sempurna seperti yang diperintahkan. Apatah lagi dengan sholat-sholat sunnah, sholat lail, sholat rawatib, sholat dhuha atau sekedar witir sebelum tidur.

Bukankah sholat ini yang pertama kali dihisab pada hari kiamat, kalau sholat kita ini diterima maka seluruh amalan kita yang lain akan mudah perhitungannnya.

Rasulullah SAW bersabda:

“Yang paling pertama dihisab pada diri seorang hamba pada hari kiamat adalah sholat, bila sholatnya baik maka seluruh amalan yang lain juga akan baik. Dan bila sholat ini tidak baik, maka seluruh amalan yang lain pun akan menjadi rusak.”

Ikhwati wa akhawati fillah! Jangan biarkan muhasabah ini kehilangan gaung, hanya menjadi deretan kata tanpa makna, bulatkan azam untuk meninggalkan segala maksit, singsingkan lengan baju untuk lebih meningkatkan kwalitas dan kwantitas ibadah.

(*dari Khutbah Ust. Sholahuddin Abdurrahman, Lc.)

 

Comments

comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *