Pre-Summer Camp 2009 di Masjid Taichung

Acara hari pertama diawali dengan penjemputan seluruh peserta di Stasiun Kereta Taichung dan dilanjutkan dengan shalat dhuhur berjamaah dan makan siang. Lalu kunjungan ke National Museum of Natural Science dan pemaparan materi mengenai Pemuda Muslim dan Global Village. Materi disampaikan oleh Imam Masjid Taichung yang menekankan akan peran aktif Pemuda Muslim untuk menuntut ilmu, tidak hanya keilmuwan umum saja namun juga memperdalam pengetahuan akan Islam. Karena globalisasi yang semakin menggurita saat ini, membuat tekanan dan tantangan bagi pemuda Muslim –terutama yang berada di Negara dengan populasi minoritas– terus meningkat setiap harinya. Ilmu umum saja tidak cukup, pun begitu ilmu agama saja tidak bisa diandalkan sebagai modal pergerakan dakwah kedepannya. Imam membagikan resep untuk self-development yang disarikan dari kisah perjuangan Rasul dan sahabat pada masanya.  Selepas shalat magrib seluruh peserta digiring ke Anatolia, sebuah restoran Turki untuk menghadiri jamuan makan malam dari pemiliknya.

Acara hari kedua dilanjutkan dengan kunjungan ke masjid pertama yang dibangun di Lugang, Taiwan, yakni pada tahun 1725 yang dilanjutkan dengan silaturrahmi ke Keluarga Ting selaku generasi Islam yang pertama datang ke Taiwan. Sayangnya, masjid yang pertama dibangun tersebut telah berubah fungsi menjadi Daoist Bao-an Temple (The Safekeeping Temple) dan  keIslaman keluarga Lin hanya bertahan selama satu generasi saja. Sepanjang perjalanan dari Masjid Taichung ke kediaman Keluarga Ting diisi dengan menonton film Kite Runner di dalam bus, yang diakhiri dengan pemaparan materi terkait film tersebut oleh Bunda Hawa. Selepas Dzuhur, acarapun dilanjutkan dengan kunjungan ke Museum Fine Art. Ukhuwah yang telah terbina dalam satu hari semakin mendapat kesempatan untuk dipererat dalam kunjungan ke museum tersebut. Suasana dan pemandangan yang bagus disekitar museum menjadikan diskusi mengenai problematika pemuda muslim dari masing-masing negara menjadi mengalir dan hadirkan motivasi tersendiri bagi masing-masing peserta untuk saling menguatkan, karena kita adalah Muslim, yang telah menjadi satu tanpa ada perbedaan ras maupun budaya ketika lafal syahadat mengukuhkan eksistensi kita.

“Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana ALLAH telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (tauhid) seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit, (pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan ALLAH membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk (ber-ilah selain ALLAH) seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. ALLAH meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (tauhid) di dunia dan di akhirat; dan ALLAH menyesatkan orang-orang yang zalim dan ALLAH berbuat apa yang dia kehendaki. Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat ALLAH dengan ingkar kepada ALLAH dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan ? Yaitu neraka Jahanam; mereka masuk ke dalamnya; dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.“ (Q.S. Ibrahim 24 – 29)

Comments

comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *