Salah satu yang aktif menyelenggarakan acara pengajian itu adalah para buruh migran yang bekerja di seputar Tainan, kota budaya dan ibukota lama Taiwan yang terletak di Taiwan bagian Selatan. Tahun lalu misalnya, mereka yang berhimpun dalam wadah Forum Komunikasi Keluarga Besar Warga Indonesia di Taiwan (FKKBWIT) mendatangkan Kiai Emha Ainun Najib dan istrinya, Novia Kolopaking. Tahun ini, FKKBWIT menghadirkan Ustad Habiburrahman el Shirazy, penulis novel laris Äyat-Ayat Cinta” dan “Ketika Cinta Bertasbih”, untuk membantu mengukuhkan kembali iman mereka.
Menjaga iman tetap kukuh di tengah tekanan pekerjaan yang bahkan sering dikeluhkan tak memungkinkan guna menunaikan sholat lima waktu, sungguh merupakan ikhtiar yang tak mudah. Apalagi bila ditambahkan kenyataan-kenyataan seperti tidak mudahnya menemukan makanan halal, masjid yang hanya berbilang enam di seluruh negeri, atau betapa wanita berjilbab masih sering dilihat dengan pandangan mata aneh.
Oleh karena itu, beberapa hari yang lalu (21/02), adalah saat pemandangan langka kembali hadir di Tainan. Sejak pagi hari, lelaki dan perempuan yang sebagian besar berjilbab berduyun-duyun menuju lapangan sebuah sekolah dasar yang letaknya tak begitu jauh dari stasiun kereta api Tainan dan Taman Kota Tainan, tempat favorit para buruh migran biasa melewatkan libur di hari Minggu.
Acara pengajian semacam ini adalah juga kesempatan bagi para buruh migran untuk unjuk kreasi. Sejak pukul 10 pagi, kelompok band, qasidah, atau rebana dari beragam perkumpulan buruh migran di berbagai wilayah di Taiwan bergantian unjuk kebolehan menghibur sekitar seribuan warga Indonesia yang hadir dari seluruh penjuru Taiwan.
Setelah didahului beberapa sambutan, sekitar pukul 2 siang Ustadz Habiburrahman el Shirazy pun naik panggung. Dengan gaya pembawaan yang menarik, diselingi dengan lontaran humor-humor segar membuat ceramah selama dua jam menjadi tak terasa. Beberapa jama’ah pun sempat mengajukan pertanyaan, baik menyangkut fiqh maupun karya-karya sastra beliau. Pukul empat sore lebih sedikit, Kang Abik, panggilan akrab Habiburrahman el Shirazy, pun menutup Pengajian Musim Dingin di awal musim semi itu dengan memunajatkan do’a bersama-sama. [Ali Mutasowifin]
Note : Original article was written by Ali Mutasowifin, here. Permission to republish his writing already given to Bunga Primasari, for the purpose of publication in FORMMIT website.