Kanker yang dalam bahasa awamnya ini adalah kanker kolon atau usus besar adalah penyakit di mana tumbuh sel-sel ganas (kanker) pada lapisan permukaan usus besar (kolon) atau rektum. “Kanker kolorektal adalah tumor ganas akibat pertumbuhan secara berlebihan dan berasal dari dinding usus besar,” ucap ahli penyakit dalam dari RSCM Jakarta, Dr Murdani, SpPD, KGEH. Karena ini berhubungan dengan saluran pencernaan. Jadi apa yang dikonsumsi oleh si penderita juga turut memengaruhi timbulnya penyakit ini. Dikatakan Murdani, seperti jenis kanker lainnya, kanker ini memiliki penyebabnya yang multifaktorial. Faktor risiko dari penyakit kanker kolorektal adalah cara diet yang salah, makanan tinggi lemak dan rendah kalsium, folat dan rendah serat, serta obesitas. Kurangnya konsumsi buah dan sayur-sayuran, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol juga memberi kontribusi munculnya penyakit ini. Selain itu, Anda yang memiliki riwayat penyakit polip usus, riwayat radang usus kronis, kegemukan, dan riwayat kanker kolorektal pada keluarga juga harus mewaspadai munculnya kanker kolorektal. “Secara umum, penyebabnya terbagi dua golongan besar. Pertama faktor genetik dan kedua, faktor lingkungan, termasuk pola makan, merokok, alkohol, kebiasaan olahraga dan infeksi atau inflamasi,” ujar Murdani.
Di seluruh dunia, 9,5% pria penderita kanker terkena kanker kolorektal, sedangkan pada wanita angkanya mencapai 9,3% dari jumlah total penderita. Kanker kolorektal biasanya ditemukan pada pria dan wanita yang berusia di atas 50 tahun. Sementara di Indonesia, kemungkinan terkena kanker kolorektal, antara pria dan wanita sama besar. Puncaknya, penyakit ini terjadi pada usia sekitar 30-40 tahun dan 50-60 tahun.
Penyakit ini mempunyai gejala klinis, di antaranya pendarahan pada usus besar, adanya darah pada feses saat buang air besar (lewat dubur), dan gangguan lewat buang air besar, misal sembelit tanpa sebab yang jelas yang berlangsung selama 6 minggu. Gejala klinis lain yang muncul bisa berupa keluhan ringan, antara lain tidak nafsu makan, nyeri perut, muntah-muntah, dan penurunan berat badan serta rasa sakit di perut atau bagian belakang.
Dikatakan dokter spesialis penyakit dalam dari RSCM Jakarta, Prof. dr. Abdul Aziz Rani SpPD-KGEH bahwa kanker lambung prevalensinya sangat tinggi di Asia Timur, walaupun ada kecenderungan menurun. Deteksi dini berupa skrining untuk mengetahui kanker kolorektal sebelum timbul gejala dapat membantu dokter menemukan polip dan kanker pada stadium dini. Bila polip ditemukan dan segera diangkat, maka akan dapat mencegah terjadinya kanker kolorektal. Begitu juga pengobatan pada kanker kolorektal akan lebih efektif bila dilakukan pada stadium dini. “Di negara Jepang, Korea, dan China, skrining massal dan kelajuan diagnostik endoskopi meningkatkan proporsi kanker stadium dini menjadi sekitar 40%-50% dari seluruh kasus kanker yang ditemukan,” sebutnya saat ditemui pada saat acara simposium dengan tema “2nd Recent Advances In Cancer Diagnosis & Therapy” yang diadakan Rumah Sakit Gading Pluit, beberapa waktu lalu. [okezone; IDIonline]