Journey to the Sparkling Indonesia

 

Acara pembukaan pertama adalah penampilan seruling dari salah satu dari senior di PPI Tainan, Niko Wijaya. Setelah itu, MC keluar memperkenalkan diri bahwa mereka adalah mahasiswa NCKU dan sedang mempunyai banyak waktu luang dan mereka benar-benar ingin pergi ke suatu tempat. Jadi, salah satu dari mereka mempunyai ide besar tentang memiliki perjalanan ke Indonesia dan mereka semua tampak gembira tentang rencana ini. Mereka pergi ke suatu tempat. Dari layar besar penonton bisa mengetahui bahwa perjalanan mereka dimulai dari Aceh sampai Papua.


Lalu apa yang menarik tentang Aceh? Ada satu tari lokal yang populer di Aceh, yang disebut tari Saman. Tari saman memiliki nama lain yaitu tarian seribu tangan. Ini tidak berarti bahwa jumlah minimum pemain adalah 500 (sehingga kita telah benar-benar seribu tangan), tetapi itu karena tarian ini menekankan pada gerakan tangan para penari. Gerakan tangan itu sendiri sangat kompleks dan itu harus dilakukan secara serempak. Tarian ini biasanya awalnya digunakan sebagai media untuk mendidik orang lain tentang agama, solidaritas, dan kebersamaan.


Selesai menikmati tarian Saman, perjalanan dilanjutkan ke wilayah yang berbeda di Pulau Sumatera yaitu Sumatera Barat, dengan menampilkan salah satu tarian daerahnya yang disebut Badindin Menari. Tarian ini juga dilakukan dengan berlutut atau duduk dalam satu baris vertikal. Tarian ini juga menekankan gerakan tangan dan gerakan tubuh penari.


Selanjutnya, ketika MC masih berbicara mereka mendengar suara piring dan salah satu pemain keluar dan menjelaskan bahwa mereka akan melakukan tari piring. Penari akan melakukan tarian ini dengan memegang piring di kedua tangan. Ini adalah salah satu jenis ‘tarian bergerak cepat’, di mana Anda harus melakukan semua gerakan tari (berjalan, melompat, atau rolling) dengan menjaga piring di tangan Anda. Tentu saja penari yang baik tidak akan menjatuhkan piring. Gerakan tari tampak seperti petani ketika mereka panen tanaman. Tari itu sendiri menggambarkan kebahagiaan dari para petani dengan hasil panen tanaman mereka.


Setelah itu, penampilan selanjutnya adalah Tari Yapong, yang dipengaruhi oleh tarian serupa dari Jawa Barat yang disebut Jaipongan. Setelah selesai Tari Yapong, tirai ditutup. Dan ketika tirai dibuka terlihat para pemain angklung sudah dalam formasinya dengan memegang alat musik angklung. Setiap orang memegang 1 atau 2 alat musik angklung dan melihat sang dirigen sedang memandu. Ada 3 buah lagu yang dibawakan oleh para pemain angklung, yaitu Tong Hua, Rasa Sayange, dan Mission Immposible.


Penampilan Angklung selesai dan lampu menjadi gelap. Ketika lampu menyala, sudah ada 2 orang laki-laki berada di tengah panggung yang seolah-olah sedang kesurupan. Ternyata bukan hanya 2 orang laki-laki, ada banyak. Mereka menampilkan Tari Kecak. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan “cak” dan mengangkat kedua lengan. Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang mereka.


Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian Sanghyang, Mereka tidak menggunakan alat musik namun mereka membuat musik sendiri yang berasal dari mulut, dan justru itu yang membuat penonton semakin khidmat melihat penampilan tersebut.

Masih belum berpindah perjalanan kita, Bali. Kali ini kita diajak untuk mampir di Hard Rock Cafe dan menikmati nyanyian merdu dari Solo Singer Damar Pambudi dan diiringi oleh alat musik piano, gitar serta beat box dengan 3 buah lagu: Jay Chou (Qing Hua Ci), Glen Fredly – Kisah Romantis, dan Bruno Mars – It Will Rain.


Perjalanan dilanjutkan ke Pulau Kalimantan. Kita diajak mampir ke Kalimantan Timur dan disajikan dengan Tari Kayau. Tari Kayau ini dilakoni oleh 4 pria dan 3 wanita dengan menggunakan pakaian adat perang suku Kayaan Bahau.

Kepulauan Sulawesi kita lewati, dan langsung ke Pulau Papua. Ada Tarian Yamko yang unik dan menggambarkan kegembiraan serta penampilan dari busana dan dandanan yang luar biasa.


Penampilan terakhir adalah Vocal Group dan dilanjutkan dengan Fashion Show oleh beberapa mahasiswa asing dan mahasiswa Indonesia secara berpasang-pasangan.


Acara pada malam itu benar-benar membuat siapa saja yang hadir di acara tersebut seakan-akan berada di Indonesia dan terhanyut dalam ajakan 4 orang MC kami dalam mengelilingi Indonesia. Para penonton, baik dari Taiwan, Indonesia dan negara lain, seakan tidak beranjak dari tempat duduknya sampai acara berakhir. [Novalia Anggraini]


Indonesia Culture Day 2011 ‘Timelapse’ 2011/12/03

http://www.youtube.com/watch?v=Q2bQUwPXKXs&feature=share

Comments

comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *