Sebelum shalat Ied, ceramah dilakukan dengan menggunakan bahasa mandarin yang mana dengan mengunakan medium bahasa mandarin, muslim Taiwan juga mendapatkan inti dari ceramah hari raya, walaupun audiencenya juga dari berbagai bangsa seperti Gambia, Pakisatan, Afghanistan, Arab Saudi, Yaman, Turki, China, Jepang dan masyarakat Internasional lainnya yang tidak bisa berbahasa mandarin turut mendengarkan ceramah tersebut. Setelah shalat Ied, ceramah disampaikan dalam Bahasa Indonesia. Inti ceramah di pagi itu adalah mengenai qurban, namun kemudian topik ceramah berubah yaitu akan pentingnya shalat. Penceramah menekankan bahwa ibadah shalat merupakan identitas kita sebagai muslim dan untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Pencipta. Karenanya shalat merupakan interaksi seorang muslim kepada Allah dan Allah akan mengabulkan juga doa kita jika kita dekat denganNya.
Ceramah berakhir dan di tutup dengan doa. Kemudian semua bersalam-salaman. Terasa sangat tampak kerinduan antar sesama masyarakat Indonesia saat mereka saling berjabat tangan, tampak semangat Idul Adha dan juga silaturahim yang telah lama tak tersambung akibat kesibukan pekerjaan ataupun kuliah.
Dimana ada restaurant Indonesia atau restaurant halal di sekitaran masjid Taipei menjadi penuh oleh masyarakat Indonesia. Sambil menyantap hidangan yang ada, mereka yang telah lama tak berjumpa maka saling menceritakan banyak hal. Suasana itu untuk menghilangkan sedikit kerinduan akan Idul Adha di kampung halaman.
Pembagian qurban dilakukan setelah shalat dzuhur. Selain kaum yang diprioritaskan mendapat qurban ada juga bagian bagi mereka yang butuh daging qurban dengan cara meminta bagian menurut porsi yang panitia kurban sediakan. [Gunar]