Pada hari arafah itu, sekumpulan muslim di Asia University mendapat undangan dari Pak Ikhyanuddin untuk berbuka puasa bersama di mushola Asia University. Ba’da shalat maghrib berjamaah, gema takbir teralun sebelum akhirnya makan bersama digelar. Moment buka puasa bersama ini tentu membawa kesyukuran tersendiri bagi para perantau yang jauh dari keluarga tercinta. Teringat akan perkataan Imam Syafi’i, bahwa ‘Orang yang pergi meninggalkan orang yang dicintainya, maka ia akan mendapatkan gantinya. Sungguh air yang mengalir itu lebih baik daripada air yang diam’. Setidaknya, ketika berada jauh dari keluarga tercinta, kita masih bisa merasakan indahnya ukhuwah dengan saudara sesama muslim di negeri rantau ini.
Keesokan harinya, shalat sunnah Idul Adha digelar di Masjid Taichung. Hari itu, berkumpul ratusan muslim dari berbagai negara dengan berbagai latar belakang. Semua menjadi satu, berada dalam bingkai ukhuwah yang disatukan atas nama Islam. Ceramah di hari itu disampaikan dalam bahasa mandarin. Meski kurang memahami secara keseluruhan, namun tersirat bahwa sang penceramah berbicara tentang kisah Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as. Setelah shalat usai ditunaikan, setiap jamaah bermushafahah (bersalaman) dan saling memaafkan. Keluar dari bangunan masjid, tersedia makanan untuk mengisi perut yang memang sengaja dikosongkan hingga selesai shalat Idul Adha. “Jika sebelum berangkat shalat Idul Fitri Rasulullah SAW sarapan dahulu maka sebelum shalat Idul Adha, Rasul tidak sarapan dan beliau baru makan sepulang melaksanakan shalat.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad).
Usai mengabadikan moment di depan halaman masjid, perjalanan dilanjutkan menuju kediaman Bang Ramzi untuk memenuhi undangan makan-makan. Berbagai menu masakan Indonesia tersaji, mulai dari rendang, opor ayam, ayam goreng, kari ayam, cake, cocktail, dan sebagainya. Wisata kuliner hari itu tak berhenti sampai disitu saja, masih ada undangan silaturahim di kediaman Pak Ikhyanuddin dengan sajian yang beragam pula. Ada sambal tauco, mie Aceh, sop buah, dan yang lainnya. “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” [Q.S. Ar Rahmaan: 13]. Alhamdulillah.
Ba’da shalat maghrib berjamaah di mushola AsiaU, ada tausiyah dari Bang Khairul Rijal tentang ‘Makna Idul Qurban dan Rindu Berhaji’, setelah itu dilanjutkan dengan shalat Isya berjamaah dan nobar (nonton bareng) film ‘Inside Mecca’. Film ini menaruh fokusnya pada cerita pribadi-pribadi yang menunaikan ibadah haji, mengikuti setapak demi setapak perjalanan peserta yang bukan hanya fisikal, tetapi juga spiritual dan emosional. Film ini juga membahas kesulitan-kesulitan logistik yang dialami penyelenggara dan bagaimana perencanaan yang matang bisa meminimalkan itu semua.
Setelah film usai, ternyata masih ada menu makan malam yang siap untuk disantap. Acara makan-makan ini juga merupakan bagian dari pembubaran panitia penyelenggara Sidang Istimewa PPI Taiwan yang keseluruhan panitianya berasal dari mahasiswa Indonesia di Asia University.
Sebuah rangkaian kegiatan yang padat mulai dari hari arafah hingga Hari Raya Idul Adha. Semoga Idul Adha ini bisa kita maknai bersama nilai-nilai yang terkandung didalamnya, dan mari kita bercermin diri, adakah semua aktivitas yang kita lakukan itu benar-benar untuk Allah? ataukah tanpa sadar kita telah terjebak rasa? Mari luruskan kembali niat kita. Mari belajar dari Ibrahim, belajar untuk mencintai Allah. Wallahua’lam. [Arina Rizkiana]