FORMMIT dan WGTT Menjadikan Mantan TKI Mandiri dengan Berwirausaha

 

Pada kesempatan pertama, Bapak Agus Andria selaku presiden FORMMIT memaparkan fakta dilapangan mengenai warga Indonesia di Taiwan. Taiwan merupakan salah satu negara tujuan TKI dengan daya tarik gaji yang cukup tinggi. Jumlah TKI di Taiwan mencapai angka 170.000 orang. Walaupun beban kerja yang berat diikuti potongan gaji disana-sini, angka tersebut terus bertambah tiap tahunnya. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah hal ini akan dibiarkan terus menerus? Tidak kah ada upaya menciptakan lebih banyak lapangan kerja di negara sendiri? Perlunya kerjasama dari banyak pihak serta pelatihan-pelatihan kewirausahaan untuk menumbuhkan gairah usaha di tanah air.

Dari Pihak Perbankan, Pewakilan Bank Indonesia cabang Tokyo, Bapak Eddy Sulaeman Yusuf menyampaikan peran UMKM Indonesia di tengah persaingan Ekonomi Global. Persaingan global harus diikuti dengan promosi yang gencar dari produk-produk Indonesia. Selain itu, kemasan yang bagus juga menambah daya saing produk. Beliau pun menyarankan kepada para peserta untuk mulai merancang usaha sehingga ketika kembali ke Indonesia bisa saling bekerjasama membentuk kelompok-kelompok usaha. Yang dibutuhkan adalah kreatifitas dalam memunculkan ide usaha. Untuk mendapatkan modal usaha dari bank, Bapak Eko Setyo Nugroho, perwakilan dari BNI cabang Tokyo menyampaikan prosedur pembiayaan usaha.


Pada kesempatan berikutnya, Bapak Dodik Kurniawan, Ibu Nelfa Desmira, dan Bapak Fauzy Amari dari WGTT Jepang menyampaikan sekilas tentang WGTT Jepang, motivasi usaha, cara membaca peluang usaha dan manajemen usaha. WGTT memberikan inovasi pada usaha-usaha yang akan dibuat oleh para peserta. Dengan menambahkan teknologi kedalam ide usaha, usaha akan lebih maju. Teknologi itu bisa didapat dari melihat dan menggunakan teknologi dari Taiwan untuk diterapkan di Indonesia, inovasi seperti ini dikenal dengan transfer teknologi. Contoh usaha yang telah dikembangkan oleh WGTT dan bisa dicontoh oleh para peserta adalah usaha pelatihan bahasa. Dengan kemampuan bahasa mandarin yang dipunyai oleh para peserta bisa menjadi modal untuk membuka usaha pelatihan bahasa mandarin di Indonesia.

Sampai pada sesi Tanya jawab, KDEI mendapat pertanyaan mengenai produk apa saja yang dibutuhkan oleh Taiwan dan tersedia di Indonesia sehingga calon-calon pengusaha Indonesia ini dapat mengambil peluang usaha ekspor impor produk tersebut. Karena selama ini, informasi tersebut sangat sulit didapat. Harapannya KDEI menyebarkan info tersebut kepada calon-calon pengusaha ini.


Pada sesi terakhir yaitu kisah sukses dari Bapak Usman Choiruddin, wirausahawan Indonesia di Jepang dan Bapak Deyanto, wirausahawan Indonesia di Taiwan. Dengan pengalaman usaha yang berbeda mereka menyampaikan bagaimana merintis usaha sampai sukses seperti sekarang. Lengkap sudah pelatihan kewirausahaan ini. Selain mendapatkan materi dan motivasi, peserta juga mendapat buku panduan dari WGTT mengenai pengantar berwirausaha. Panitia juga menyediakan pojok diskusi usaha yang diisi oleh Bapak Usman Choirudin bagi para peserta yang ingin mendiskusikan usahanya.

Pelatihan kewirausahaan yang diadakan oleh FORMMIT bekerjasama dengan WGTT ini merupakan pelatihan perdana di Taiwan. Kedepannya, akan ada follow up dari kegiatan ini berupa workshop contoh-contoh usaha kepada para peserta, sehingga peserta dapat mempraktekan

langsung usaha tersebut. Ciptakan usaha sebanyak mungkin, Salam Wirausahawan!!

by : Ajeng-media FORMMIT

photographer : Nidya dan Munif

 

 

 

 

Comments

comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *