Cluster Discussion IC3T- Cluster of Economy

Acara diskusi ini dihadiri sekitar 25 orang baik dari mahasiswa dari beberapa universitas di Taiwan, pejabat KDEI sampai professor dari Tamkang University. Acara juga bisa disaksikan live streaming lewat website IC3T dan bisa di dengarkan di radio MIT, sehingga tak hanya peserta yang berada di KDEI saja yang bisa mengikuti diskusi, tetapi juga dari kota-kota lain di seluruh Taiwan, Malaysia, Jepang juga Indonesia. Acara dimulai pukul 10:45 waktu Taiwan, diawali dengan sambutan ketua IC3T Bapak Sutarsis dan dilanjutkan sambutan dari kepala KDEI, Bapak Suhartono.

Memasuki acara inti, dibuka dengan presentasi dari Bapak Sutarsis dari IC3T tentang dampak krisis global terhadap pergeseran kekuatan ekonomi dunia. Beliau menjelaskan bahwa akibat krisis ekonomi, negara-negara maju yang tergolong di G7 mengalami penurunan. Namun bagi negara berkembang kondisi perekonomian cenderung stabil, sehingga ini juga merupakan peluang bagi Indonesia untuk maju dan meningkatkan pertumbuhan ekonominya, sebab Indonesia memilik sumberdaya alam yang melimpah, sumber daya manusia yang cukup banyak dan faktor-faktor lain yang mendukung kemajuan perekonomian.

Selanjutnya presentasi menarik dari Bapak Suhartono, kepala KDEI Taiwan dengan tema Peran quo vadis dalam hubunngan Indonesia Taiwan. Dalam presentasinya Bapak Suhartono mengungkapkan tentang ACFTA (Asian China Free Trade Agreement) yang merupakan kesepakatan untuk mewujudkan kawasan perdagangan yang bebas dalam rangka meningkatkan kesejahteraan Asia dan China. Kebijakan ini tentunya membawa dampak positif dan negatif bagi perekonomian Indonesia. Namun sessungguhnya dampak negatif bisa ditanggulangi. Yaitu secara makro kebijakan ekonomi Indonesia harus menyesuaikan dengan ACFTA tadi.

Dilanjutkan dengan presentasi dari Bapak Ali Mutasowifin. Tidak jauh dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Suhartono, Bapak Ali membahas lebih lanjut tentang dampak ACFTA. Dari data disebutkan bahwa dengan adanya ACFTA maka import Indonesia dari China mencapai 2 kali lipat dari ekspor Indonesia. Hal ini tentu mengkhawatirkan pelaku ekonomi Indonesia. Akan tetapi, disisi lain ada cara agar Indonesia tetap bisa bertahan di area ACFTA ini, salah satunya Indonesia harus mampu mempertahankan daya competitiveness.

Setelah pemamparan yang sangat menarik dari kedua pembicara, acara dilanjutkan dengan tanya jawab. Antusias peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan yang masuk. Yang menyaksikan secara online pun punya kesempatan untuk bertanya. Prof Ching Lung Tsay, mantan dosen Academia Sinica yang sekarang mengajar di Tamkang University turut memberikan komentarnya. Beliau mengungkapkan kebahagiannya bertemu dengan teman teman pelajar Indonesia, dan salut dengan usaha mereka (FORMMIT) dalam meng-create acara seperti ini. Beliau menambahkan acara diskusi seperti ini sangat perlu dan bisa bermanfaat untuk Negara Indonesia. Beliau berharap ke depannya kerjasama Indonesia Taiwan bisa lebih baik lagi.

Tanggapan dari peserta lain “acara diskusi ini bagus banget, ga hanya buat yang terjun di bidang ekonomi saja, tapi semuanya mesti tahu tentang isu isu ekonomi seperti ini, sebab langsung ataupun tidak langsung hal ini aka berdampak ke banyak sektor” berikut yang disampaikan oleh Rita Pawestri, salah satu peserta diskusi dari NCCU (National Chengchi University), Taipei.

Acara berakhir sekitar jam 2 siang. Sampai jumpa di diskusi cluster yang berikutnya (Taipei, media Formmit)

 

Comments

comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *