Silaturrahmi Ustadz Habiburrahman El-Shirazy ke Chiayi dan Kaohsiung

Sesuai kesepakatan di pengajian MTYC dua hari sebelumnya, Pak Abdul Rouf selaku sesepuh teman-teman TKI di wilayah Chiayi meminta kepada Ustadz Habiburrahman agar memberikan nama resmi untuk satu-satunya musholla di kota Chiayi tersebut. Ustadz memberikan nama Al-Iman. Sehingga resmi lah musholla yang berlokasi di lantai 3 Toko Indo Wiwi tersebut bernama Musholla Al-Iman. Acara ditutup dengan sholat dzuhur bersama.

 


Kaohsiung [FORMMIT] Selepas acara di Musholla Al-Iman, Ustadz Habiburrahman dan istri yang ditemani oleh dua orang anggota FORMMIT, Danurwendo A.S.W dan Bunga Primasari melanjutkan perjalanan ke selatan Taiwan. Kota pelabuhan Kaohsiung lah yang beruntung menerima kunjungan Ustadz yang menyelesaikan pendidikannya di Universitas Al-Azhar, Kairo ini. Pukul 15.00, rombongan kecil tersebut sampai di Masjid Kaohsiung dengan dijemput oleh Pak Zaenal, Pak Sunarto dan Mas Muji, pemilik toko Indo dan penggiat IWAMIT.

Obrolan seputar situasi dan kondisi Indonesia menjadi topik kajian yang dilangsungkan di lantai 1 Toko Pak Zaenal ini. “Ana ‘inda dloni ‘abdii”; Aku (Alloh) mengikuti prasangka hambaKu”, kutip Ustadz. “Sebagai seorang muslim dan warga negara Indonesia, kita harus melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan tetap optimis dan berpositive thinking dengan mengesampingkan kepentingan-kepentingan kelompok atau golongan”, jelas beliau. Selain itu, Ustadz Habiburrahman juga menceritakan tentang keprihatinannya akan tayangan-tayangan tidak bermutu yang menjamur di negara kita. Latar belakang itulah yang menambah semangat Ustadz untuk turun tangan dalam menyediakan tayangan-tayangan yang lebih bermutu dan memiliki moral story yang baik, seperti dapat dinikmati dalam film Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 serta proyek Ramadhan beliau, sinetron Ketika Cinta Bertasbih yang akan tayang tahun ini juga.

Tak terasa obrolan santai berdurasi 50-an menit tersebut harus diakhiri karena Ustadz telah ditunggu oleh teman-teman FKKBWIT di Tainan. Namun Pak Zaenal dan Bu Sari berinisiatif untuk mengajak rombongan tamu untuk berkeliling kota sebelum melanjutkan perjalanan ke utara. Dipilihlah Love River yang terkenal sebagai landmark kota terbesar ke dua  di Taiwan tersebut. Selama dua jam, Ustadz dan istri diajak menikmati kick off lantern festival di Love River yang dipadati oleh ratusan manusia dari berbagai penjuru Taiwan. [Bunga Primasari]

Comments

comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *