Reportase Rihlah FORMMIT Utaratu 2011

Lovers bridge tampak berdiri kokoh di depan mata. Jembatan sepanjang 196 meter ini menawarkan pesona tersendiri buat para turis karena designya  yang cantik. Hanya 3 menit untuk berjalan dari ujung ke ujung jembatan, namun tentu perlu waktu lama buat turis dari formmit untuk menyeberang jembatan karena  sambil berjalan tak lupa untuk foto-foto dulu pastinya. Puas menikmati spot di sekitar lover’s bridge rombongan melaksanakan sholat dzuhur berjamaah.


Perjalanan dilanjutkan dengan naik bis lagi menuju hongmao castle, a.k.a Red castle a.k.a Fort san domingo. Bangunan bersejarah berwarna merah ini dibangun oleh Belanda pada tahun 1641 dengan nama Forth Anthonio. Di dalamnya terdapat benda benda peninggalan belanda berikut sejarahnya. Peserta Rihlah bisa mendapat banyak informasi tentang sejarah perkembangan Taiwan di sana di samping menikmati nuansa abad 17.

Tujuan berikutnya adalah Bali island (read:Pali). Perjalanan ditempuh selama 10 menit dengan boat. Udara terasa makin dingin di Bali island. Sementara hujan rintik rintik masih turun memberikan nuansa romantis di hari yang beranjak sore. Di bawah pohon peserta mendengarkan kajian dari Mr. Mahmoud, NTUST student dari Jordan, dalam kajiannya beliau mengingtkan bahwa hidup adalah sebuah perjalanan, bukan hanya dalam arti fisik, tapi juga perjalanan rohani kita, mulai dari diciptakan, lahir, hidup di dunia hingga kembali menghadap sang pencipta. Untuk itu beliau menyampaikan wacana tentang “Save Landing”. Kita manusia selalu melakukan perjalanan kemana-mana mencari hal-hal yang baru dan lain sebagainya, namun hal yang paling penting adalah nantinya kita akan mendarat dan sampai pada tujuan kita dengan selamat. Hal tersebut sama dengan perjalanan hidup kita, maka hal yang paling penting adalah kita dapat mendarat dan sampai pada surganya Alloh SWT, maka bagaimana kita dapat mencapainya? Yaitu dengan memperbanyak amal baik, menjalankan apa yang diperintah dan menjahui larangannya. Demikian ringkasan tausyiah yang disampaikan oleh beliau.


Acara dilanjutkan dengan games untuk menghangatkan dan mengakrabkan peserta. Games ini memerlukan kerjasama, ketangkasan dan kelincahan. Acara cukup seru dan enggan untuk di akhiri. Namun senja sudah mulai turun. Langit yang mendung terlihat semakin gelap. Lampu lampu mulai dinyalakan. Sekali lagi pesona yang cukup cantik untuk dilupakan. Muara sungai yang lebar, kapal yang berlayar, kerlip lampu pinggiran kota dan yang pasti hangatnya ukhuwah. Pukul 5 sore rombongan kembali ke danshui dengan boat. Acara Rihlah diakhiri dengan berjalan jalan menikmati old street, sambil jajan aneka sea food di sepanjang jalan. Jam 7 malam rombongan pulang dengan penuh kebahagiann. Indahnya danshui, berpadu dengan indahnya kebersamaan. Semoga Rihlah ini bisa mempererat jalinan ukhuwah antara sesame pelajar muslim di Taiwan dan semakin membuat peserta mensyukuri nikmat dari yang kuasa.

(Lilik, media formmit)

 

Comments

comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *