Dalam diskusi itu para pengurus menyoroti masalah menurunnya jumlah jama’ah Indonesia di masjid besar masing-masing kota. Kondisi ini tidak hanya terjadi di Chungli dan Kaohsiung namun hampir di setiap MIT di Taiwan.
Kurangnya kesadaran beragama dan dakwah yang kurang maksimal disinyalir menjadi penyebab mengapa hal ini terjadi. Para pengurus MIT akhirnya bersepakat untuk mengadakan pelatihan dakwah dan manajemen organisasi dalam waktu dekat. Hal ini direspon baik oleh ketua PPI-Bang Ramzi Adriman, yang hadir dalam acara tersebut. Pelatihan dakwah santun dan kepemimpinan diperlukan untuk menyiasati bagaimana agar nilai-nilai Islam lebih mudah diterima di masyarakat kita sendiri.
Dalam rapat tersebut sempat pula dibahas beberapa hal terkait dengan manajemen organisasi serta isu tentang nikah sirri. Beberapa pengurus mengeluhkan tentang sulitnya melakukan regenerasi kepengurusan, yang ditanggapi dengan usulan agar melakukan perencanaan organisasi yang baik.
Isu tentang nikah sirri juga muncul dengan adanya beberapa masyarakat Indonesia yang meminta persetujuan menikah kepada pengurus MIT, tanpa kelengkapan berkas dan syarat. Menanggapi masalah ini, Mas Beru menegaskan bahwa pengurus MIT hendaknya bersikap tegas pada oknum yang mencoba melakukan nikah sirri karena tanpa kelengkapan syarat, nikah sirri pada akhirnya dapat menyeret orang yang terlibat pada proses hukum.
Rapat koordinasi diakhiri dengan pembahasan tentang muktamar KMIT. Mas Beru menyampaikan dalam waktu dekat akan dilaksanakan muktamar dengan agenda evaluasi kerja KMIT selama setahun dan suksesi kepemimpinan dengan memilih ketua baru. Namun belum diperinci kapan muktamar tersebut akan diadakan. (FORMMIT)