Putus Mata Rantai Penyebaran HIV AIDS : Cukup Empat Kata!
Pada tahun 2000 Mbeki mengadakan round table of expert untuk mendiskusikan lebih jauh penyebab AIDS. Dari pertemuan ini, Mbeki menyimpulkan bahwasanya AIDS tidak disebabkan oleh virus namun karena rusaknya system kekebalan tubuh manusia. Pada tahun yang sama saat menghadiri Konferensi Internasional mengenai AIDS di Durban, Afrika Selatan, Mbeki mengajukan penolakannya terhadap kebijakan AIDS yang selama ini dijalankan di negaranya yang menggantungkan diri pada pengobatan mahal dari Negara barat. Mbeki menolak bantuan dana dan obat-obatan gratis yang ditawarkan Negara barat dan mengajukan solusi baru untuk menanggulangi hal ini, yakni penanggulangan kemiskinan dan gizi buruk.
Pride Chigwedere dalam artikelnya yang dipublikasikan di Journal of Acquiered Immune Deficiency Syndrome memaparkan hasil penelitiannya yang dilakukan bersama koleganya dari Harvard School of Public Health yang dilakukannya sejak tahun 2000 hingga 2005 tentang bagaimana efektivitas program bantuan dana dan obat-obatan gratis oleh Negara barat terhadap Bostwana dan Namibia dan dibandingkan dengan Afrika Selatan yang menolak bantuan tersebut. Hasilnya menunjukkan pada tahun 2005, program tersebut bisa mengurangi angka kematian penderita HIV sebanyak 85 % di Botswana dan 71% di Nambia serta bisa mengurangi sebanyak 70% di kedua Negara mengenai penularan HIV dari ibu ke anak yang dilahirkannya.
AIDS yang menurut para ahli berasal dari Afrika Sub-Sahara kini AIDS telah menjadi wabah penyakit yang telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia sampai dengan tahun 2006 dan telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia mereka. Lebih menyedihkannya lagi, dengan berbagai upaya yang telah dilakukan banyak pihak ini, setiap 2 orang yang diobati dari penyakit berbahaya ini, 5 orang lainnya malah terinfeksi (Unaids Outlook 2008). Bahkan di Indonesia, setiap tiga jam ada satu orang yang terinfeksi penyakit ini (Depkes RI, 2006).
Setiap orang dari Negara mana pun, sesuai dengan kemampuannya berupaya keras mencari upaya paling tepat untuk penanggulangan masalah ini. Dari segi sosial, budaya, ekonomi dan politik ancaman global ini tengah di bahas. Milyaran dollar US dana digulirkan untuk mencari solusi apa yang tepat untuk menolong para penderita HIV Aids, mencegah agar virus ini tidak semakin menyebar dan memperkecil angka kelahiran bayi yang membawa penyakit yang belum ditemukan obatnya ini.
Sungguh ironis, disaat kelaparan melanda banyak Negara di dunia, disaat tsunami krisis ekonomi tengah melanda, kita terjebak dalam upaya pencarian solusi yang nyata-nyata telah ada jawabannya di depan mata. Langkah yang diambil Mbeki untuk fokus pada masalah penanggulan kemiskinan dan gizi buruk di negaranya telah tepat. Sayangnya tidak disertai dengan kebijakan yang secara tegas bisa memberantas mata rantai penyebaran virus tersebut. Hampir semua orang tahu apa penyebab merebaknya virus HIV yakni melalui hubungan seksual (45%), hubungan seksual dengan banyak pasangan (27%), pasangan tetap dari orang yang memiliki banyak patner seksual (23%), klien dari wanita pekerja seks komersial (10%), pasangan dari klien wanita pekerjaseks komersial (5%), wanita pekerja seks komersial (3%), pemakaian obat-obatan suntik (2%) dan pasangan dari pemakain obat-obatan suntik (1%), injeksi medis yang tidak sesuai standard kesehatan (0,5%). Jadi, bukankah solusinya telah jelas? Yap, dengan tegas menyatakan TIDAK terhadap seks bebas. Karena sudah jelas, seks bebaslah yang menjadi penyebab utama merebaknya virus mematikan ini. Pernyataan ini tidak hanya mengikat kita pada permasalahan moralitas bangsa saja, atau membawa kita kembali kezaman sebelum era Victorian, namun kepada hal yang lebih besar dari pada itu, yakni penyelamatan generasi muda sebagai modal sosial sebuah bangsa. Globalisasi sebagai efek berkembangnya teknologi dan informasi telah membawa banyak pengaruh buruk bagi generasi muda sebuah bangsa, maka sudah selayaknya upaya nyata segera digulirkan.
Islam, sebagai agama yang mengatur setiap aktivitas umatnya telah dengan jelas-jelas menyatakan dalam Q.S Al Isra ayat 32 : “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” Namun mengapa, kita masih menutup mata terhadap hal yang telah nyata ini? Dengan hanya menerapkan satu peringatan dari Allah ini saja, kita bisa memutus dengan cepat penyebaran HIV Aids, karena penyebaran melalui NAPZA dan Kelalaian penggunaan Alat medis sangat kecil angka kemungkinannya. Sehingga kita tidak perlu direpotkan dengan serangkaian aturan, seperti kebijakan baru yang dikeluarkan oleh beberapa Negara seperti menggunakan teknologi untuk memantau pergerakan Orang dengan HIV, mewajibkan tes dan konseling HIV, dan melakukan rehabilitasi terpaksa bagi pekerja seks dan individu yang memiliki ketergantungan dengan napza. Apalagi membuat lokalisasi bagi tujuh juta pelanggan setia seks komersial.
Jangan sampai kita justru terjebak dan lupa akan peringatan Allah dalam Firmannya: “ Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahananam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (Ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda Kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (Ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Q.S al A’Raf : 179). Jadi, sudah jelas bukan, Say No to Free Sex!!