Itulah tausiyah pembuka yang disampaikan Ustadzah Tan Mei Hwa pada Pengajian Akbar yang diselenggarakan rekan-rekan IMIT (Ikatan Muslim Indonesia Taiwan) Taichung hari Minggu, 15 April 2012 di Junior High School No. 258, Lixing Rd – Taichung City, dengan tema “Mempererat Ukhuwah Islamiyah untuk Menggaapai Ridho Ilahi”.
Foto 1. Ustadzah Tan Mei Hwa
Ustadzah yang didatangkankan langsung dari Surabaya ini sangat bersyukur bisa mendapatkan hidayah dan merasakan manisnya iman di dalam Islam. Ya, beliau seorang muallaf yang mendapatkan hidayah ketika masa SMA dan berawal dari kisah kesulitan ekonomi yang dialami orangtuanya. Karena itu, sepahit apapun kejadian yang menimpa kita, tetap berbaiksangkalah pada Allah karena boleh jadi ada kebaikan yang melimpah di baliknya jika kita mampu bersabar dan tetap bersyukur.
Foto 2. Suasana pengajian akbar
Beliau berpesan, “Jangan tinggalkan Allah, hidayah itu mahal. Bersyukurlah kita beragama Islam, dan sebagai bentuk syukur kita kepada Allah, maka beribadahlah dengan lebih baik”. Membangun hubungan yang baik dengan Allah sejatinya dapat mempengaruhi hubungan kita dengan sesama manusia. Jika hubungan kita dengan Allah bagus, insyaAllah hubungan dengan manusia pun akan bagus. Hal ini berbanding lurus dengan konsep Islam yang indah, yaitu Rahmatan Lil’Aalamiin.
Selanjutnya, beliau menyampaikan 4 hal agar ukhuwah (persaudaraan) dapat terjalin dengan baik, yaitu:
1. Hargai perbedaan diantara kita. Banyaknya perpecahan disebabkan karena tidak dewasa dalam menyikapi perbedaan. Merasa diri lebih hebat dan tidak mau menerima pendapat orang lain. Hargailah perbedaan dan tampakkan bahwa Islam itu indah dengan ahlakul karimah.
2. Merasa menjadi bagian dari yang lain. Usahakan untuk tidak meremehkan dan menyepelekan orang lain, sekecil apapun perannya. Ibarat tubuh, ia akan berfungsi dengan baik jika ada jantung, paru-paru, ginjal, dan organ tubuh lainnya. Meski peran jantung itu sangat penting, namun ia tidak akan bertahan tanpa adanya ginjal, dan yang lainnya. Betapa indah jika hidup ini diisi dengan keikhlasan dan orang-orang yang bekerja dengan ikhlas.
3. Hormati manusia lain. Manusia itu tempat salah dan lupa. Hargai manusia lain apa adanya, bukan berdasarkan kebesarannya. Manusiakan manusia lain, dan jangan membeda-bedakan hanya karena topengnya. Karena “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.” (QS. Al-Hujuraat: 13). Hati-hati dan janganlah suka membanggakan diri (sombong), karena apa yang ada pada kita itu semua hanyalah titipan dari Allah SWT. Dalam sebuah hadits Nabi bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang dalam lubuk hatinya terdapat perasaan sombong (arrogan) walaupun cuma sebesar atom.” (HR Bukhari Muslim)
4. Suka memberi, tidak banyak menuntut
Usahakan untuk tidak mengungkit-ungkit apa yang telah kita berikan pada orang lain. Terkadang atau seringkali kita hanya mau dihormati tanpa mau menghormati, menerima tanpa mau memberi. Hati-hati dengan ucapan yang keluar dari mulut kita, karena boleh jadi ia melukai. Luka fisik bisa saja sembuh dengan cepat namun luka di hati tak mudah untuk disembuhkan bahkan bisa jadi terus membekas. Mari jaga lisan, jangan saling menuntut, tapi salinglah memberi. Jangan hanya menuntut, karena orang yang banyak menuntut semakin menampakkan kekurangan dirinya. Jangan banyak berdebat, mari berbuat. Memberi lebih banyak, jangan menuntut lebih banyak.
Mari belajar menghargai dari lebah, meskipun ia hinggap dimana-mana, tapi ia tak pernah mematahkan ranting atau menyakiti yang dihinggapinya. Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih dan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya).” (Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar)
Terakhir, Ustadzah mengingatkan bahwa bukanlah harta, pangkat, jabatan, kekuasaan, dan anak istri yang akan kita bawa mati, melainkan iman dan amal soleh. Ingatlah mati, jangan sampai waktu kita diisi dengan dosa karena kemanapun kita pergi kematian mengintai kita. Hidup pun tak ubahnya seperti permainan, mari belajar supaya bisa menjadi aktor yang baik dengan tak lupa mengamalkan sifat rendah hati untuk menggapai ridho Ilahi.
Mari renungi sama-sama Firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Hadid (57) :18-21,
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak. Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang Shiddiqiin dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yg melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yg besar.”
Foto 3. Usai acara, Ustadzah bersalaman dengan peserta pengajian
Barakallah untuk rekan-rekan IMIT Taichung atas kerja kerasnya sehingga pengajian akbar ini dapat terselenggara dengan baik. Semoga jerih payah dan segala pengorbanannya dibalas Allah dengan pahala yang berlipat ganda, Aamiin. Wallahu A’lam. [FORMMIT/Arin]