formmit.org. Manusia adalah makhluk sosial, dimana kita tidak dapat hidup tanpa berinteraksi dengan orang lain. Dalam berinteraksi tentunya tidak dapat terlepas dari komunikasi. Kadang entah kita sadari atau tidak, cara kita berkomunikasi akan mempengaruhi hubungan kita dengan orang lain. Kadang menurut kita apa yang kita sampaikan hanya gurauan namun berdampak menyakiti hati orang lain. Itulah mengapa agama Islam mengajarkan kita untuk senantiasa menjaga lisan.
Seperti kata pepatah, Mulutmu Harimaumu. Jika kita tidak menjaga lidah maka kita bisa saja mendapat petaka oleh karenanya. Hal inilah yang menjadi topik bahasan pada Kajian Malam Jumat (KAMAT) perdana pada tanggal 17 Desember 2015, hasil inisiasi kajian online Laskar Forsel. Pemateri pada kajian tersebut adalah Ustadz Kahlil, mahasiswa doktoral National Sun Yat Sen University, Kaohsiung. Media dakwah pada KAMAT menggunakan salah satu media sosial yaitu Skype. Ini menjadi salah satu bukti bahwa media sosial tidak hanya dipergunakan sebagai ajang narcisme, tetapi juga dapat digunakan sebagai media dakwah yang tentunya Insya Allah akan bernilai pahala untuk kita semua. Allahuma aamiin.

Kajian dimulai sekitar pukul 20.00 waktu Taiwan dengan moderator yaitu saudara Anggi L Wicaksana, yang bertindak sebagai admin yaitu saudara Abdu Rahim Kamil dan notulen saudari Yulanticha Diaz. Kajian dimulai dengan penyampaian CV pemateri, dan dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al Quran oleh saudara Syahru. Kajian berlangsung sekitar satu jam kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Dalam sesi tanya jawab peserta kajian begitu antusias dibuktikan dengan munculnya beberapa pertanyaan namun karena harus dibatasi oleh waktu maka dibatasi tiga orang penanya. Peserta dalam kajian online perdana ini berjumlah 14 orang baik dari kalangan mahasiswa maupun buruh migran Indonesia yang ada di wilayah Taiwan Selatan. Alhamdulillah, di tengah hawa dingin, suasana winter 2015, antusiasme dalam memperkaya ilmu agama masih terjaga.
Secara ringkas inti dari materi KAMAT pada malam itu adalah keharusan bagi kita umat Islam untuk senantiasa menjaga tutur kata, karena sekali kita mengeluarkan perkataan kita tidak dapat menariknya kembali. Karena perkataan ibarat dua sisi masa pisau, pertama dapat difungsikan secara positif untuk menyampaikan apa yang ada dipikiran kita dan ini merupakan salah satu nikmat dari Allah yang tidak ternilai harganya, yang kedua apabila kita tidak menjaga lisan kita dengan baik maka akibatnya akan muncul kata – kata yang menyakitkan, tidak sopan, dan bisa merusak hubungan antar umat manusia.
Beberapa bahaya lisan yang disampaikan dalam kajian seperti ungkapan tidak berguna, bicara secara berlebih hingga menarik perhatian orang lain, berbantah-bantahan dan berdebat kusir, bercanda berlebihan, melaknat dan lain sebagainya.
Solusi yang bisa dilakukan bagi seorang Muslim dalam hal ini adalah dengan takhliyah (membersihkan diri dari akhlaq buruk) dan tahliyah (menghiasi diri dengan akhlaq yg baik) yang dilakukan secara bersamaan. InsyaAllah jika kita berniat meperbaiki diri menjaga lisan dan hati kita, Allah akan memberikan jalan dan kemudahan, Aamiin insyaAllah.
Oleh sebab itu, para sahabat FORSEL yang dicintai Allah. Marilah kita biasakan untuk berkata yang baik, perkataan yang mengandung undur doa, pujian terhadap Allah dan rasulnya. Mari kita kurangi kebiasaan buruk kita seperti ghibah, bersenda gurau yang berlebihan, dsb. Jika kita tidak mampu berkata yang baik lebih baik kita diam (Diaz-Forsel).