Laporan Pandangan Mata Kunjungan ke DC Hsinchu

Di hari nan fitri dan penuh limpahan rahmat-Nya, kami hadir dengan membawakan beraneka makanan tradisional Indonesia. Ada wajik, lepet, pastel, kue lapis, bolu gulung bahkan juga aneka kue kering khas lebaran. Semuanya merupakan sumbangan dari Muslim Taiwan. Wajah haru bertaburkan senyuman dihadiahkan mbak-mbak dalam silaturrahmi yang cukup panjang itu. Sambil menikmati makanan satu per satu curhatan meluncur dari bibir mbak-mbak yang hadir, dan meminta bantuan mahasiswa untuk mengkomunikasikan kepada pihak DC. Seperti makanan mereka yang masih terkontaminasi babi, jadwal menelpon keluarga yang dibatasi hanya 5 menit saja bahkan jika petugasnya kurang bersahabat dibatasi hanya 3 menit saja. Jika mereka mendapat kunjungan dari rekan-rekan mereka di luar, mereka tidak dizinkan untuk membawa makanan ataupun minuman, kalaupun ada yang berbaik hati mengizinkan jumlahnya sangat sedikit sekali. Makanya mereka sangat senang, ketika kami datang dengan membawa banyak makanan, karena  bagaimanapun jumlah makanan yang disedikan pihak DC sangat terbatas. Masalah sholat dan bacaan bermutu lainnya masih menjadi kendala. Untuk 80 orang, mereka hanya memiliki satu mukena dan satu al-quran. Demi menyikapi hal ini, FORMMIT dan seluruh umat muslim yang ada di Taiwan hendaknya dapat bergerak lebih cepat lagi dalam membantu pemenuhan kebutuhan yang urgent bagi saudara-saudara kita ini.


Hampir satu jam bersilaturrahmi dengan mbak-mbak yang ada di DC, silaturrahmi dilanjutkan ke tempat detainee pria yang berjumlah 10 orang. Kali ini pertemuan sungguh terasa memilukan, karena kami hanya bisa berkomunikasi dari balik jeruji. Tanpa alasan yang jelas, pihak DC pria tidak mengizinkan para detainee pria asal Indonesia untuk bertemu dengan kami secara layak. Namun semangat Idul Fitri tidak pupus dari kami, walau terhalang jeruji besi, kami tetap mengumandangkan takbir bersama-sama. Tak terelakkan, satu per satu bulir air mata jatuh di pipi.


Permasalahan yang dihadapi detainee pria hampir sama dengan detainee wanita. Bedanya, detainee pria memiliki kelengkapan administrasi yang cukup dan memiliki dana untuk pulang. Namun dipersulit dengan beberapa alasan yang tidak masuk akal, seperti tiket pesawat yang habis karena sedang ada olimpiade di Taiwan. Apakah ada ratusan atlit Indonesia yang pulang-pergi ke Taiwan, sehingga persediaan tiket dari seluruh maskapai tidak bersisa sama sekali? Terkait dengan hal ini, rekan-rekan pekerja di DC meminta bantuan untuk mengkomunikasikan masalah ini. Diantara sekian banyak pertanyaan, ada satu pertanyaan yang tidak dapat kami jawab, yakni, “Kemana KDEI? Mengapa mereka tidak pernah mengunjungi kami? Bahkan di hari yang fitri seperti ini?”


Silaturrahmi dengan detainee pria berlangsung cukup cepat, tak lebih dari 30 menit. Karena kondisi yang tidak nyaman untuk berlama-lama. Melalui kami, mbak-mbak dan mas-mas yang ada di DC menyampaikan ucapan terimakasihnya kepada FORMMIT, China Moslem Association dan pihak lainnya, yang masih menyediakan waktu untuk berbagi dihari nan fitri. Melengkapi kebahagian tersebut, pihak Masjid Taipei memberikan sumbangan berupa uang tunai NTD 500 kepada setiap detainee.


Semoga rahmat dan limpahan karunia Allah berhamburan dihari nan fitri, dengan meringkan beban saudara kita di DC dan keluarga yang di tinggalkan. Dan kita pun diberikan kelapangan hati, untuk senantiasa terus menjalin silaturrahmi dan membantu sesama saudara muslim kita. Amin..yaa rabbal ‘alamiin. [yuherina_gusman]

 

Comments

comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *