Kunjungan FORMMIT dan Taipei Grand Mosque ke Detention Center

 

Kesempatan kali ini divisi SPM (Syiar dan Pengabdian Masyarakat) bergabung dengan Taipei Grand Mosque, mengadakan silaturahim ke dua lokasi detention center. Lokasi pertama yang kami kunjungi adalah di Yilan Detention Center pada hari Senin 23 April 2012. Sedangkan lokasi kedua adalah di Sanxia Detention Center pada hari Rabu 25 April 2012.

1. Detentation Center Yilan

Rombongan berangkat dari Taipei Grand Mosque, menggunakan 2 mobil, dengan jumlah peserta 9 orang. Dari FORMMIT sendiri terdiri dari 4 orang, sedangkan peserta yang lain ada dari media dan juga peserta independent.

Alhamdulilah, perjalanan ke Yilan berjalan dengan lancar yang menghabiskan waktu tempuh 2 jam (two way = 4 jam). Setibanya di detention center, kami langsung diantarkab ke main hall, dimana di tempat ini para penghuni detention center sudah dikumpulkan. Penghuni detention center ini hampir semuanya adalah TKI dengan jumlah lebih dari 100 orang, hanya ada satu orang dari Pakistan. 80% diantaranya adalah perempuan dan sisanya laki-laki.


 

Selepas sesi perkenalan, kemudian kami mengajukan beberapa pertanyaan mengenai kondisi TKI di sana. Secara fisik mereka terlihat sehat, tidak ada perlakuan atau tindakan-tindakan yang melanggar nilai-nilai kemanusiaan. Mereka mendapatkan makan tiga kali sehari, dengan makanan yang memenuhi nilai gizi (ikan, ayam dan sayur). Namun, untuk masalah makanan, ada kendala tentang status kehalalan makanan itu sendiri, terutama untuk makanan dengan lauk berupa daging ayam.

Kendala utama yang dihadapi TKI di detention center untuk masalah ibadah wajib (sholat 5 waktu) adalah tidak adanya mukena (bagi perempuan). Pinjam-meminjam mukena untuk ada sebagian sel yang tidak memungkinkan, karena letaknya yang berjauhan. Kendala lainnya adalah tidak mendapatkan air untuk wudhu pada pagi hari karena air kran baru menyala pada jam 8 pagi dan dimatikan lagi jam 10 malam. Namun untuk kendala ini bisa disiasati dengan melakukan tayamum.

Sebagian besar para TKI disini terkena kasus “kaburan”, dengan berbagai macam alasan, seperti mendapat iming-iming gaji yang lebih tinggi di tempat lain atau tidak cocok dengan majikan. Untuk masalah TKI tidak cocok dengan majikan, mereka merasa takut untuk lapor ke KDEI, takut kalau nanti akan dipulangkan ke Indonesia. Ada juga yang sudah berusaha telepon ke pusat pengaduan TKI di KDEI, namun belum mendapat tanggapan. Status “kaburan” ini ternyata juga tidak hanya 1-2 bulan, bahkan ada yang “kabur” sampai 7 tahun, sebelum akhirnya ditangkap atau menyerahkan diri. Namun, sebagian besar TKI kaburan lebih banyak ditangkap oleh petugas imigrasi daripada menyerahkan diri dan melapor ke KDEI.

Lama waktu penahanan di detention center bervariasi antara 1-5 bulan, tergantung secepat apa mereka bisa melunasi uang denda dan tiket pulang, serta pengurusan dokumen-dokumen kepulangan. Sebagian besar TKI disini mengaku kekurangan dana untuk membayar denda dan membeli tiket pulang. Kekurangan uang ini bervariasi, antara 2000-17000 NT. Alhamdulilah, secara spontan salah satu dari kami langsung tergerak hatinya untuk membantu satu TKI dengan memberikan uang tunai 2000 NT, sehingga dia bisa segera dipulangkan.

Setelah sesi tanya-jawab, acara kemudian diisi dengan memberikan tausiyah singkat oleh Bapak Adi Permadi. Dalam tausiyah ini, ditekankan akan pentingnya mendirikan sholat 5 waktu dan meninggalkan kesyirikan. Disela-sela pemberian tausiyah itu juga ada tanya-jawab dalam urusan agama, seperti bagaimana cara tayamum yang benar dan pertanyaan-pertanyaan seputar bagaimana cara bersuci (thaharah).

Suasana Detention Yilan

Acara dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh Mas Aang dari media. Doa dilakukan dengan khidmat, dengan penuh rasa rendah hati, dan berserah diri kepada Allah swt untuk memohon pertolongan dan kemudahan dalam menghadapi semua permasalahan hidup. Allahuakbar!!!, setelah doa bersama, salah satu TKI menyatakan dirinya ingin masuk Islam. Dengan disaksikan oleh semua yang hadir disitu, TKI itu mengucapkan syahadat. Acara ditutup dengan pembagian bantuan berupa voucher telepon, mie instan, kopi dan berbagai majalah untuk bahan bacaan.

2. Detention center Sanxia

Rombongan berangkat dari Taipei Grand Mosque dengan menggunakan 1 mobil dengan jumlah peserta 5 orang. Setibanya di lokasi, kami langsung menuju ke main hall, dimana para TKI dikumpulkan. Di lokasi kedua ini, ada sekitar 70 orang TKI dan sepertiga diantaranya adalah laki-laki.

Setelah memperkenalkan diri, kami mulai acara dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Sepintas ada perbedaan yang sangat terlihat antara detention center Yilan dengan detention center Sanxia. Di detention center Sanxia, TKI perempuan banyak yang memakai jilbab, entah ada aturan pelarangan pakai jilbab di detention center Yilan, atau memang TKI di  detention center Yilan belum tergerak untuk memakai jilbab, ini perlu dikonfirmasi lagi.

TKI disini semuanya terkena kasus “kaburan” dengan alasan yang kurang lebih sama dengan yang sudah dijelaskan diatas. Sebagian besar, TKI sudah siap untuk dipulangkan, hanya tinggal menungu pembuatan passport saja. Sedangkan sebagian kecil masih kekurangan dana untuk membayar denda dan pembelian tiket pulang.

Kendala dalam urusan sholat 5 waktu di detention center Sanxia ini hampir tidak ada. Mukena bagi perempuan, dan sarung bagi laki-laki semuanya tersedia dan mencukupi. Sedikit kendala terjadi ketika ingin menjalankan sholat subuh. Mereka kesulitan untuk mendapatkan air. Ada larangan untuk menyalakan kran air di pagi hari, karena suara gemericik air dianggap sangat mengganggu petugas-petugas detention center. Namun, ada solusi dari salah satu TKI, yaitu dengan menampung air di ember dahulu, kemudian melakukan wudhlu dengan menggunakan gayung.

Acara kemudian dilanjutkan dengan tausiyah oleh presiden FORMMIT Tri Cahyo Wibowo. Isi dari tausiyah ini adalah pentingnya mendirikan sholat dan menjauhkan diri dari kesyirikan. Disela-sela tausiyah juga dibuka kesempatan tanya-jawab dalam hal permasalahan ibadah maupun akidah.

Setelah tausiyah selesai diberikan, acara dilanjutkan dengan renungan dan doa. Dalam suasana hening, para TKI diminta untuk memejamkan mata dan mendengarkan kata-kata renungan dari Presiden FORMMIT. Selang beberapa saat, suara isak tangis pun terdengar. Para TKI terbawa dalam suasana haru, teringat akan dosa-dosa dan kesalahan yang sudah dilakukan, dan harapan-harapan agar dosa-dosa itu diampuni Allah swt. Kemudian acara ditutup dengan pembagian bantuan berupa mie instan, voucher telpon dan juga majalah untuk bahan bacaan. [FORMMIT/Yusuf] {jcomments on}

Comments

comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *