Khittah Akhir Ramadan (1430 H)
Ghayah :
Ridho Allah. Sangat berharap dibebaskan dari neraka. Tergolong ‘utaqaa` (عتقاء الله من النار)
Syi’ar :
اللهمّ إنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنِّّي
“Ya Allah, sungguh Engkau Maha Pemberi Ma’af. Engkau suka memberi ma’af, maka ma’afkanlah aku”
Target Ruhiy :
- Iman (إيقاظ الإيمان وتمكينه في القلب).
Kita berusaha menghidupkan ‘iman’ di dalam kalbu. Mempertebal pengaruhnya dalam kehidupan ibadah hingga menjadi sumber penggerak setiap gerak dan langkah. Berjuang keras menambatkannya kuat-kuat di dalam hati, hingga tertancap dan mengakar dalam di setiap ruas-ruas hati, lalu mampu membakar syubhat, melenyapkan kabut hitam dan memberi pancaran cahaya.
- Khauf dan Rajaa`(شدة الخوف من الله وصدق الرجاء منه تعالى).
Kita berusaha memiliki rasa takut yang begitu dahsyat kepada Allah. Kita khawatir amal-amal kita tidak diterima Allah karena itu kita sangat berharap rahmat dan kasih sayang Nya (QS Al Mukminun:60). Tidak pernah merasa cukup dan aman dengan ibadah.
- Khusyu’ (الخشوع).
Kita ingin membiasakan khusyu’ dalam praktek-praktek ibadah. Khusyu’ dalam sholat. Khusyu ketika tilawah. Khusyu’ saat tilawah. Khusyu’ dalam berbagai aktivitas ibadah.
- Hakikat itikaf (عكوف القلب على الله والخلوة به والانقطاع له تعالى).
Kita mencoba melaksanakan itikaf yang sesungguhnya. Fokus. Seperti yang dipaparkan Ibnul Qayyim: ”..untuk menghentikan gerak hati, menghimpun dan menghadapkannya kepada Allah. Untuk menyendiri (menyepi batin) dengan Allah. Untuk memutus kesibukan dengan sesama makhluk dan hanya disibukkan dengan Allah semata.. Hingga hati ini merasa lebih nyaman dan tentram dekat bersama Allah daripada dengan manusia atau makhluk ciptaan Nya. ”
- Ruh ubudiyah (التضرع والانكسار والتذلل والاستسلام التام لله تعالى).
Kita berusaha menunjukkan ketundukkan penuh, penyerahan total dan kehinaan diri dihadapan Allah. Ini bisa dicerminkan dalam munajat di waktu sahur dan amal lainnya.
- Hati erat terkait dengan masjid (التعلق والارتباط بالمسجد).
Kita hadirkan kerinduan untuk selalu berada di dalam masjid. Kita hadirkan makna ribaath. Kita jadikan hati dan perasaan ini begitu cinta dan erat terkait dengan masjid (QS At Tawbah:18). Masjid sebagai salah satu sumber cahaya hidayah (QS An Nur:36-37)
- Muhasabah (دوام المحاسبة).
Kita hitung secermat mungkin diri kita. Ingat-ingat terus dosa dan maksiat. Rajin melihat capaian ibadah. Berusaha membersihkan hati. Menjernihkan fikiran. Seperti yang diperingatkan Mushtofa Shodiq ar Rofi’i: “Sungguh, suatu kesalahan sangat fatal, jika Anda mengatur urusan hidup orang-orang disekitar Anda, sementara Anda biarkan hati anda sendiri berantakan”
by Ust. Dr. Suhartono tb