Kejujuran dan Profesionalisme

Tidak hanya itu, Allah SWT membekali setiap Nabi dengan kejujuran dan profesionalisme. Rasulullah SAW sebelum menjadi Nabi sangat dikenal di kalangan penduduk Makkah sebagai orang yang paling jujur dan terpercaya al amin. Khadijah binti Khuwailid seorang janda kaya dan terhormat tertarik kepada Rasulullah SAW karena kejujuran dan profesionalismenya yang nampak ketika membawa dagangannya ke negeri Syam. Keuntungan berlipat ganda diperoleh berkat kedua sifat yang dimiliki Rasulullah SAW.

Pernah suatu saat orang Quraish Makkah bersitegang leher sampai ke tingkat kemungkinan terjadinya pertumpahan darah, dalam hal siapa yang paling berhak mengembalikan batu hitam al hajarul aswad ke tempatnya semula, setelah Ka’bah direhab. Masing-masing suku merasa paling berhak. Akhirnya sampailah pada kesepakatan bahwa yang masuk pertama kali ke masjidil haram dialah yang berhak melakukan pengembalian al hajarul aswad. Ketika yang masuk pertama kali ternyata Rasulullah SAW mereka sangat gembira. Dari mulut mereka terucap al amin radhiina (orang yang terpercaya, kami rela dan setuju). Menariknya bahwa Rasulullah SAW melaksanakan tugas tersebut bukan sekedar karena dipercaya, melainkan ia juga tampil secara profesional, surbannya dihampar dan diisi dengan al hajarul aswad lalu minta kepada masing-masing kepala suku untuk mengangkatnya bersama-sama, dengan langkah ini semua suku puas dan merasa terpenuhi apa yang mereka perebutkan.

Nabi Yusuf as ketika meminta agar ditempatkan sebagai penanggung jawab keuangan dan kekayaan negara, bukan karena ia tamak untuk memenuhi kepentingan pribadi, melainkan karena ia menyadari akan kejujuran dan ruh profesionalisme yang dimilikinya. Nabi Yusuf berkata: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan” (QS. 12:55). Dari ayat ini dan ayat sebelumnya (QS. 12:46) Yusuf sebagai ash shiddiq (sangat dipercaya) dan (QS. 12:54) makinun amiin (tinggi kedudukan dan dipercaya), nampak bahwa telah tergabung dalam diri Yusuf sifat kejujuran dan profesionalisme. Suatu indikasi bahwa Yusuf yakin dengan kedua sifat ini bisa menegakkan ekonomi negerinya secara seimbang. Tidak ada yang didzalimi. Semuanya akan merasakan sejahtera baik di masa subur maupun di masa peceklik. Dari sini jelas bahwa dalam mengatasi krisis apapun dan pada level apapun, tidak ada jalan kecuali dengan menegakkan kejujuran dan profesionalisme. Wallahu a’lam bissh shawab. [Dr. Amir Faishol Fath]

 

Comments

comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *