formmit.org – Rasanya tidak ada satupun orang di bumi Formosa ini yang belum pernah melihat adanya Closed-circuit Television atau yang sering kita singkat sebagai CCTV. Bahkan hampir di setiap sudut jalan dan penjuru kota-kota besar Taiwan kita dapat menemukan keberadaan CCTV. Jika membahas lebih lanjut mengenai besarnya pengaruh dan kemampuan CCTV dalam merekam, menyaksikan, dan memperlihatkan setiap kejadian, maka rasanya tiap kecelakaan, kejahatan, bencana, peristiwa penting yang terjadi maupun detil-detil perbuatan manusia tidak akan luput dari pantauan CCTV, sehingga di hadapan teknologi ini, setiap insan kerap kali menghadapi rasa takut dan khawatir yang mendalam atas apa yang hendak ia perbuat. Hal ini kemudian dapat kiranya kita komparasikan menjadi sebuah pertanyaan kecil yakni, seberapa besarkah kemampuan CCTV Allah swt?
Sebagai seorang hamba Allah swt, kita senantiasa mengetahui bahwa Allah memiliki sifat Bashar yakni Maha melihat. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa Muraqabbatullah (Pengawasan Allah) tidak dapat diukur dan dikomparasikan dengan teknologi buatan manusia. Dalam hal ini, kemudian pada 28 November 2015, bertepatan dengan hari Sabtu, Formmit Tengah menggelar kajian rutin akhir bulan (Kantin Abu) ke-2 yang bertemakan Muraqabbatullah.
Acara ini dilaksanakan di Taman National Chin-Yi University of Science and Technology (NCUT). Acara berlangsung sekitar pukul 14.00, yang dibawakan oleh MC yaitu Arif (CTUST) dan diawali dengan tilawah oleh. Dery (Fengchia University). Selanjutnya mewakili Formmit, sambutan disampaikan sdr. Syahruramdhani Harun (CTUST).
Beberapa mahasiswa hadir dari berbagai kampus di Taichung untuk mendengarkan materi yang kali ini disampaikan oleh sdr Adnan Kasofi, S.Pd., (Mahasiswa Bahasa Mandarin Feng Chia University).
Pembicara menyampaikan materi Muraqabbatullah ini dengan menceritakan sebuah kisah seorang anak perempuan dengan ibunya pada zaman khalifah Umar bin Khattab RA dimana ibu tersebut hendak mencampur air susu jualan mereka dengan air biasa. Namun, anak perempuannya melarang ibunya karena ia merasa meskipun khalifah Umar RA tidak melihat perbuatan mereka berdua, ia sangat yakin bahwa Allah swt senantiasa menyaksikan perbuatan hambaNya.
Peristiwa tersebut sampai ke telinga khalifah Umar RA dan khalifah Umar RA pun akhirnya menikahkan putranya Ashim bin Umar dengan gadis tersebut yang pada akhirnya lewat pernikahan ini lahirlah seorang pemimpin yang agung dan mulia Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Kisah tersebut memiliki hikmah bahwa meskipun tidak ada satupun makhluk Allah swt yang menyaksikan perbuatan yang kita lakukan, maka yakinlah bahwa sesungguhnya Allah swt selalu melihat apa yang kita perbuat. Ibnul Qayyim rahimahullah juga berkata, “Muraqabatullah dalam lintasan-lintasan pikiran (batin) akan memberi dampak pada perilaku lahiriah. Siapa saja yang senantiasa merasa diawasi oleh Allah dalam kondisi rahasianya, Allah akan menjaga perbuatannya, baik kala ia sendiri atau tidak.
Muraqabah merupakan bentuk peribadatan kepada Allah melalui nama-nama-Nya al Raqiib, al Hafiidz, al ‘Aliim, as Samii’ dan al Bashiir. Siapa saja yang memahami makna nama-nama ini dan berbuat sesuai tuntutannya, ia mencapai muraqabah.” (dinukil dari kitab “Hayatul Quluub, hal. 25). Acara yang diikuti oleh 11 orang ini berakhir pada pukul 16.30 dengan ramah tamah, dan sholat Ashar berjamaah di Kampus CTUST. (adnan)