yaa Allah..apa rencanamu malam ini ya Allah”, tangisan pun mulai membasahi wajah. “Ya Allah, jika perasaan ini Engkau galaukan sebagai pertanda Engkau akan mengambil istriku, maka ambillah Ia ya Allah…jika itu kehendakMu…aku rela…” “Ataukah jika hari ini Engkau berniat untuk mengambil anak-anakku dariku, maka ambillah mereka dariku..ya Allah…sekali lagi aku rela ya Allah” “Hidup…ataukah hidupku, satu-satunya hidupku yang akan Engkau ambil malam ini..Ya Allah jika itu kehendakMu maka aku sungguh rela ya Allah…amibillah hidupku ini, satu-satunya hidup yang aku miliki…” dan airmata pun semakin deras membasahi pelupuk mata. “Ya Allah, Engkau bisa mengambil segala yang aku punya, aku rela. Tapi ya Allah, janganlah ambil Iman ku, Islam ku, juga Ikhsan ku. Hanya tiga hal ini ya Allah, aku mohon jangan ambil dariku…tiga hal yang sangat penting untuk ku ya Allah…tak ada yang bisa menggantikannya ya Allah…aku memohon kepadaMu yaaaa Tuhanku”. Air mata pun kian deras, tapi khusyuknya doa dalam hati, membuat hati kian tenang.
Ya. Itulah pengalaman hidup Bapak Edy Moeljono, dosen sekaligus pakar radiologi dari Universitas Gajah Mada Jogjakarta, sekitar tiga tahun yang lalu. Malam yang membuat dirinya bertawakal dan menyerahkan semuanya kepada Sang Khalik. Malam yang penuh hidayah, dimana hatinya semakin diteguhkan atas pentingnya Iman, Islam, dan Ikhsan, yang Ia miliki. Tiga hal yang tak mampu digantikan oleh apapun di dunia ini, bahkan oleh istri yang Ia cintai dan pula anak-anaknya. Tiga hal inilah yang dapat menjadi kunci penjamin kebahagian hidup di dunia maupun di akhirat.
Dalam kajian spesial ini pula, bapak Edy Moeljono banyak memberikan sharing pengalaman dan kehidupan beliau di masa muda, sehingga pengajian yang akrab dengan konten islami berat, mampu disihir menjadi sebuah sharing pengalaman seorang bapak ke anak-anaknya sebagai generasi muda. Dimulai dari kehidupan awal pernikahannya di Jerman bersama istri tercinta, lalu beralih ke masa dimana Ia baru belajar untuk benar-benar mendalami ilmu agama, yaitu cerita tentang usaha keras dan konsistennya dalam mempelajari arti-arti spesial yang termaktub dalam ayat-ayat suci Al Qu’an. “Saya ini beragama dari akal” ucapan ini terlontar dari bapak Edy. Ia berkata demikian karena dalam usahanya mendalami agama dan memahami arti bahasa arab dalam Al Qur’an, Ia melakukan pendekatan yang sungguh bermain dengan akal/logika. Salah satu contohnya yaitu mengartikan ayat melalui pemotongan kata perkata. Ibaratnya mengartikan suatu kalimat berbahas inggris. ‘I am going to school with my mother’. Dengan memotong kalimatnya jadi kata-perkata, kita dapat dengan mudah mengartikan kalimat berbahasa inggris ke bahasa indonesia. itu pula yang dilakukan beliau, misalkan kalimat: “A’uzu billahi minashaitanir rajim” dipotong sebagai A’uzu diartikan aku berlindung, billahi diartikan kepada Allah, mina-shaitanir diartikan godaan setan, dan rajim diartikan yang terkutuk. Berturut-turut semua ayat yang dipelajarinya diartikan oleh Beliau dengan metode ini. Dan sebagai hasilnya bahasa Arab yang dikatakan susah olehnya, dapat dipelajari sekaligus dipahami artinya dengan cukup cepat. Beliau mengingatkan agar metodenya ini juga diaplikasikan ke muslim lainnya. Dengan mempelajari dan menghapalkan satu kalimat selama sehari, yang terdiri dari beberapa kata, maka dalam sebulan banyak vocabulary yang mampu dikuasai. Hasil terbesarnya yaitu berdoa dan sholat yang dikerjakan akan semakin khusyuk, karena jika mengetahui benar arti bacaan dalam sholat, manusia itu seharusnya tidak perlu khawatir atas hidupnya di dunia dan di akhirat kelak.
Namun sering didapati bahwa walaupun telah melakukan sholat dengan rutin -kok hidup saya tidak maju-maju ya-. Dalam masalah ini, yang dapat dilakukan adalah dengan bermuhashabah, mengevaluasi diri apakah sholat yang dilakukan sudah memenuhi syarat sholat, dan apakah doa yang dipanjatkan sudah tertib rukunnya. Diluar dari alasan keinginan tak terkabul, karena Allah telah menyiapkan sesuatu yang lebih baik untuk umatnya, Wallohu a’lam bish showab, mungkin saja masalah ini juga terjadi bukan karena alasan kualitas sholat yang dikerjakan. Ada cerita yang menjelaskan alasan kenapa keinginan/doa tidak terkabul. Adalah Ibrahim bin Adham rahimahullah (w. 162 H), seorang ulama yang terkenal dengan kezuhudan dan ibadahnya, suatu hari ketika beliau sedang berjalan-jalan di pasar Basrah, orang-orang mengerumuninya dan bertanya, “Wahai Abu Ishaq – panggilan Ibrahim bin Adham–,sudah sejak lama kami memanjatkan doa kepada Allah, tetapi mengapa doa-doa kami tidak dikabulkan? Padahal Dia telah berfirman dalam kitab-Nya; “Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan doa kalian.” Beliau menjawab, “Hal itu dikarenakan hati kalian telah mati dengan 12 perkara”. Dua belas perkara ini yang disingkat oleh bapak Edy dengan jembatan huruf A K I R Manusia Surga Neraka Tergantung I M A N.
1. A = Allah Kalian mengenal Allah tetapi kalian tidak menunaikan hak-Nya. 2. K = Kitabullah Al Qu’ran adalah surat cinta Allah untuk umatnya, namun kalian seringkali membaca Al Qur’an tanpa mengamalkan isinya. 3. I = Iblis Kalian mengatakan bahwa iblis adalah musuh, kalian membenci mereka, tetapi berapa banyak pekerjaan iblis yang kamu kerjakan. 4. R = Rasul Kalian mengaku mencintai Rasul-Nya, tetapi kalian meninggalkan Sunnahnya. 5. Manusia
یا ایها الناس اعبدوا ربکم الذی خلقکم و الذین من فبلکم لعلکم تتقون
Hai Manusia, sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, supaya kalian bertakwa.(Al-Baqarah-21)
الذی جعل لکم الارض فراشا و السماء بناء و انرل من السماء ماء فاخرج به من الثمرات رزقا لکم فلا تجعلوا لله اندادا و انتم تعلمون
Dan Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap dan Dia menurunkan air dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan air itu segala buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian, karena itu janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahui.(Al-Baqarah-22)
Ayat diatas adalah referensi dimana manusia diciptakan sebagai abdi Allah dan juga sebagai kalifah di muka bumi. 6. Surga Kalian mengaku bahwa surga adalah benar adanya, namun kalian tidak melakukan amal-amal yang mengantar ke sana. 7. Neraka Kalian mengaku bahwa neraka adalah benar adanya, tetapi kalian tidak lari dari panas siksanya . 8. Tergantung Allah-lah tempat bergantung, dan kalian amat bergantung kepada Allah, tak ada sekutu bagiNya. 9. I = Ibra/pelajaran Kalian telah melewati berbagai macam masalah, dan urusan-urusan yang telah ditoreh di Kitab Al Qur’an, namun kalian tidak menjadikannya sebagai buah pelajaran bagi kalian. 10. M = Mati Kalian mengaku bahwa kematian adalah benar adanya, namun kalian tidak mempersiapkan diri ke sana. Kecenderungan kalian untuk memepersiapkan diri untuk cita-cita yang belum pasti di dunia, sementara mengenyampingkan mati yang pasti terjadi. 11. A = Aib Kalian sibuk mengurusi kekurangan orang lain, tetapi kalian lupa akan kekurangan diri kalian sendiri. 12. N= NIkmat
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Ibrahim-7)
Di akhir kajian, bapak Edy menasehati agar sebagai generasi muda, kita sebaiknya giat mendalami agama dibarengi dengan mengejar cita-cita dunia, dan sedini mungkin mempersiapkan rencana manajemen pendidikan agama anak kita kelak karena diakui dari pengalaman Beliau, sering kali anak-anak yang baru tumbuh, yang sedang ‘curious’ mempelajari berbagai hal tidak disertai dengan ketersedian waktu yang cukup dari kedua orang tuanya karena sibuk. Akhirnya, kesadaran pun selalu muncul belakangan. Dan, tren tekun mempelajari agama di masa tua, sungguh mencemaskan. Alhamdulillah jika berkah usia yang panjang kita miliki, namun jika tidak, bekal apa yang dapat menjamin kita. Sungguh, patut untuk diperhitungkan. Selain itu, mari kita mengevaluasi diri, selama ini kita telah melakukan sholat selama 15 tahun (dengan asumsi umur 10 tahun baru baligh), seharusnya tak ada suatu kekhawatiran sedikit pun akan kebahagian kehidupan di dunia maupun di akhirat, karena semua bacaan sholat merupakan doa permintaan kita berulang-ulang kepada Sang Khalik. Dianalogikan jika kita meminta pertolongan ke teman kita secara terus menerus dan berulang selama beberapa hari saja, apakah mustahil permintaan kita tak dinyanakan oleh teman kita. Nah, untuk itu mari terus mengevaluasi diri, dalami ilmu islam, dan teruslah berdoa untuk menjadi hamba Allah yang beruntung, yang mampu memanfaatkan waktu yang dimilikinya tuk menjadi pribadi yang makin baik hari demi hari. Aamiin… [Anti]