Islam Mengajarkan Terorisme?

Islam, berasal dari kata Salam, yang berarti damai. Islam adalah agama perdamaian, yang mengajarkan bagaimana hubungan manusia dengan Tuhan, juga hubungan manusia dengan manusia, dan sesama makhluk (ciptaan Tuhan). Namun, tak bisa dipungkiri saat ini citra Islam di mata non-Muslim identik dengan terorisme, intoleran kepada non-Muslim, serta konflik berkepanjangan antar sesama umat Islam. Benarkah bahwa Islam mengajarkan kekerasan dan terorisme?

Jumat, 22 September 2016, Ketua Islamic Research and Educational Foundation, Br. Imran, mengupas tentang “Islam dan Terorisme” di Conference Room Research Building National Taiwan University of Science and Technology (NTUST). Kuliah tamu tersebut dimulai pukul 18:00 hingga pukul 20:00 malam.

3524
Br. Imran memberikan kuliah tamu “Islam dan Terorisme” di NTUST (Foto: Nasir)

Muslim berkebangsaan India tersebut menjelaskan bahwa Islam tidak mengajarkan terorisme.“Bahkan di dalam Al-Qur’an, Surah Al-Maidah ayat 32 Allah berfirman bahwasanya barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya,” papar Br. Imran.

Jika kita mau menganalisis, tentu kita tidak akan mudah menyimpulkan bahwa Islam adalah teroris. Berapa jumlah korban yang jatuh dalam peristiwa yang dikaitkan dengan isu terorisme atas nama agama Islam? Bagaimana jika dibandingkan dengan jumlah korban dalam Perang Dunia II yang mencapai 50 juta jiwa? Ini tentu terlalu dibesar-besarkan. Bahkan, jikapun peristiwa teror yang dituduhkan kepada umat Muslim tersebut benar dilakukan oleh Muslim, presentasinya sangat kecil dibandingkan jumlah umat Muslim di seluruh dunia. Namun, begitulah media memblow-up berita negatif tentang Islam dan mengeneralisir bahwa Islam adalah agama teroris.

“Bandingkan, peperangan di antara negara-negara Muslim dengan peperangan di seluruh dunia. Hanya di Pakistan dan Irak saja peperangan yang terjadi di negara Muslim. Sementara Perang Dunia terjadi di mana-mana, yang semuanya terjadi di luar Negara Muslim,” tambah Br. Imran.

Menurut Br. Imran, ISIS yang diidentikkan dengan terorisme atas nama agama Islam, adalah bentukan suatu kekuatan yang mengendalikan dunia, produsen senjata perang terbesar di dunia. ISIS bukan Islam. Sebab ISIS sendiri dalam serangannya justru membunuh banyak orang Islam.

“Bagaimana mungkin Muslim membunuh Muslim sendiri? Ini gila!” celetuk junior dari Dr. Zakir Naik ini.

Di sesi tanya jawab, beberapa mahasiswa non-Muslim mengajukan beberapa pertanyaan, diantaranya apakah ISIS memiliki kitab sendiri sehingga ajarannya berbeda dengan Islam? Lalu apakah perbedaan antara Sunni dan Syiah? Bagaimana dengan berita tentang kekerasan yang dilakukan oleh Muslim kepada Non-Muslim?

Dengan mantap Imran menjawab, sebagaimana dalam kuliahnya tadi, bahwa ISIS bukan Islam, mereka tidak mempelajari Al-Qur’an. Sebab, jika mereka mempelajari Al-Qur’an dan Hadits, maka tidak akan sembarangan dalam berperang. Peperangan dalam Islam hanya untuk melawan serangan dari musuh, bukan untuk memulai. Dalam berperangpun, ada aturannya. Dilarang membunuh wanita dan anak-anak, serta dilarang merusak sumber daya alam dari wilayah yang diperangi.

Terkait Sunni dan Syiah, sebenarnya perpecahan semacam ini juga terjadi di kalangan umat Kristiani, di mana ada Kristen Katolik dan Protestan. Sunni dan Syiah, perbedaannya tidak sefundamental perbedaan antara umat Katolik dan Protestan, di mana prinsip Ketuhanannya berbeda. Sunni dan Syiah sama-sama memiliki satu Allah, satu Al-Qur’an dan mengakui bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir. Perbedaan fundamentalnya hanyalah perkara pengakuan atas kekhalifahan sahabat-sahabat Rasulullah. Sunni mengakui khulafaur rasyidin (empat pemimpin pertama dalam Islam setelah Rasulullah), yakni Abu Bakar, Umar bin Khottob, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Tholib. Sementara Syiah mengakui Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah pertama.

Sementara itu, kebanyakan berita tentang kekerasan yang dilakukan oleh orang Muslim adalah berita-berita yang aneh. Seperti kasus penganiayaan penumpang oleh sopir taksi yang terjadi di New York dimana pelaku mengaku Muslim. Namun ternyata pelaku disebutkan sedang mabuk. Padahal mabuk-mabukan diharamkan dalam Islam. Wallahu a’lam.

Selain mengadakan kuliah tamu di NTUST, Br. Imran dalam kunjungannya ke Taiwan ini juga mengadakan kuliah Islam
di Masjid Taichung (23/9) jam 13:30 – 15:30 dengan topik “Tujuan Hidup Setiap Muslim” dan di Masjid Besar Taipei (24/9) jam 10:00-12:00 dengan topik “Nabi Besar Muhammad SAW”.(ind)

3520
Sesi Foto Bersama (Foto: Nasir)

 

Kontributor: Inda Karsunawati

Comments

comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *