Idul Adha – Bertauhid untuk Bangkit

Perwakilan dari KDEI memberikan sambutan

Pukul 08.00 tepat dimulai, diawali dengan sambutan dari perwakilan KDEI, bapak Haji Ramli. Sambutan singkat yang berisi harapan untuk meningkatkan ukhuwah sesama sodara. Kemudian di mulai Jamaah sholat Ied yang di imami oleh Bapak Ustadz Prof. Moh Ali Aziz. Selepas sholat pak Ustadz menyampaikan khutbahnya yang bertemakan bertauhid untuk bangkit.

Bapak Moh. Ali Aziz memberikan ceramah

Bapak Ustadz Prof. Moh Ali Aziz memberikan ceramah

 

Hari raya Idul Adha merupakan hari pemotongan hewan untuk mendekatkan diri kita pada Allah melalui keikhlasan kita. Secara moral hari raya ini mempunyai makna mematikan nafsu hewaniah yang sering ada pada kita, manusia. Jangan sampai kita sebagai makhluk ciptaan yang paling sempurna mempunyai sifat hewaniayah yang telah jelas disebutkan dalam Al Qur’an.

Monyet, dalam Al Qur’an monyet digambarkan sebagai hewan yang sombong.

Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: “Jadilah kamu kera yang hina” ” (QS Al A’raf : 166)

Anjing merupakan symbol hewan yang tidak tahu terimakasih dan tidak pandai bersyukur.

“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS Al A’raf :176)

Keledai, merupakan symbol hewan kebodohan. Pada surat Al Jumu’ah diterangkan bahwa mereka adalah orang yang bodoh seperti keledai yang membawa banyak, tetapi tidak tahu yang dibawanya.

“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya* adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” (QS Al jumu’ah : 5)

*maksudnya adalah tidak mengamalkan isinya, antara lain tidak membenarkan kedatangan nabi Muhammad S.A.W.

Hewan melakukan seks bebas tanpa malu yang tidak sehrusnya manusia tiru, dan beberapa sifat hewaniyah lain yang tidak seharusnya menjadi sifat kita sebgai manusia. Jadi hari ini merupakan hari saatnya kita membuang nafsu hewaniyah kita.

Takbir merupakan pujian kita atas kebesaran Allah. Ketika kita mengumandangkan takbir, itu artinya kita tidak ada apa apanya di banding Allah. Sebagai manusia kita tidak boleh merasa lebih. Iblis diturunkan Allah karena kesombongannya. Dia merasa mempunyai kemampuan lebih.

Jangan mudah menyerah ketika menghadapi persoalan, sekalipun persoalan yang rumit. Karena Allah maha besar. Persoalan yang besar menurut kita bukan persoalan besar di mata Allah. Karena Allah pasti menyediakan jalan keluar bagi hamba hambnay yang beriman.

Pak Ustadz memberikan kisah inspirasi mengenai ketegaran dalam menghadapi persoalan. Seperti kisah Nabi Ibrahim A.S. yang mendapatkan hukuman di bakar. Saat itu Nabi yakin dan tidak takut, karena nabi percaya nabi punya Allah. Dengan terus menerus membaca pujian kepada Allah “Hasbunallah wa nikmal wakil ni’mal maula wa ni’man nasir…Cukuplah bagi kami Allah, dan Dia sebaik-baik penolong”. Ucapan tersebut merupakan salah satu bentuk pengamalan tauhid, bahwa hanya kepada Allah sajalah orang-orang beriman itu harus bertawakal. Dengan demikian, segala rasa takut terhadap manusia menjadi pudar ketika orang-orang beriman berserah diri sepenuhnya kepada Allah semata.

Juga kisah Nabi Yunus A.S. yang mendapatkan cobaan dibuang ke laut karena kapal yang di dinaikinya kelebihan beban, dan harus ada satu orang yang diturunkan. Dan pada akhirnya di telan ikan. Kemudian di dalam perut Ikan Nabi Yunus terus berdzikir “Lailahaila Anta Subhanaka Ini kuntu minadholimin”. Tidak ada tuhan melainkan engkau yaa Allah, sesungguhnya aku ini termasuk orang-orang yang dholim. Kemudian ikan itu menepi dan mengeluarkan Nabi Yunus A.S dari perutnya. Dan Allah pun telah berfirman seandainya ia tidak membaca Istighfar maka tidak akan selamat di dalam perut ikan hingga hari kiamat.

Sebagai manusia, kita tidak seharusnya mengatakan “wahai Allah aku sudah melakukan ibadah namun kenapa Engkau memberikan cobaan terus menerus”. Karena cobaan yang Allah berikan merupakan ujian terhadap ketauhidan kita. Seberapa besar kita yakin akan pertolongan Allah. Dalam membaca do’a, sebaiknya tidak hanya sekedar berdo’a. Tapi do’a tersebut bisa menjadikan hati kita teguh. Teguh akan adanya pertolongan dari Allah, dan teguh akan keimanan bahwa Allah akan selalu memberikan yang terbaik buat hambaNYA.

Wallahua’lam bisshowab.. [-yHieL-]

Comments

comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *