Moderator mengajukan beberapa pertanyaan seputar perjalanan sukses kang abik dan tentang hal tulis-menulis. Berikut adalah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh moderator,
Apakah arti kata dari El Shirazy?
Nama asli dari Habiburrahman El Shirazy adalah Habiburrahman Saerozi. Saerozi merupakan nama ayah Kang Abik. Dahulu kakek dari Kang Abik memberikan nama Saerozi pada ayahnya karena diambil dari nama seorang ulama besar penulis fiqh madzhab Syafi`I di Iran, yaitu Imam Abu Ishaq El Shirazy, beliau penulis kitab Al Muhadzdzab yang sangat terkenal. Karena lidah orang Jawa, maka Shirazy menjadi Saerozi. Ketika Kang Abik akan menerbitkan novel Ayat-Ayat Cinta, saat itu kang abik telah menyelesaikan studinya di mesir, nama kang abik berubah menjadi Habiburrahman El Shirazy. Nama itu ditulis dengan ejaan rang Mesir.
Bakat kang abik menulis apakah sudah dimiliki sejak kecil?
Awalnya Kang Abik tidak pandai menulis, ketika mendapatkan tugas mengarang dari guru tidak selalu mendapatkan nilai 9. Kang Abik mulai menyukai dan menggeluti sastra sejak terjadi suatu moment yang sangat berkesan bagi beliau. Moment itu adalah ketika diadakan perlombaan baca puisi di Sekolah Dasar(SD). Kang Abik ditunjuk oleh gurunya untuk mewakili mengikuti perlombaan tersebut. Menurut Kang Abik, hal ini dikarenakan bukan karena Kang Abik pandai membaca puisi tetapi dikarenakan Kang Abik memiliki suara lantang. Pada perlombaan ini Kang Abik membawakan puisi “Diponegoro”. Dengan suara yang lantang dan kepercayaan diri yang kuat Kang Abik berhasil memenangkan lomba baca puisi tersebut dengan memperoleh predikat juara 1. Kang Abik merasa bahagia sekali dan membawa hadiah dari lomba tersebut berkeliling kampung karena saking bahagianya. Hal ini memberikan kesan tersendiri bagi Kang Abik dan memberikan semangat untuk selalu ikut dalam beberapa lomba baca puisi lainnya. Hal ini berlanjut hingga Kang Abik masuk SMP. Kang Abik selalu mendapatkan juara 1. Piala pertama yang diterima Kang Abik adalah lomba puitisasi Al-Qur’an tingkat se-Kabupaten. Hingga SMA pun Kang Abik mengikuti perlombaan puisi. Tetapi Kang Abik gagal meraih predikat juara. Kang Abik tidak lelah untuk mencoba. Kang Abik selalu mengikuti setiap perlombaan baca puisi, tetapi juga selalu gagal. Hingga akhirnya beliau bertemu dengan sesorang yang mengajarkan bagaimana seharusnya membaca puisi, orang itu menilai gaya Kang Abik membaca puisi masih seperti cara baca puisi anak SD. Dari orang itu beliau belajar banyak mengenai sastra, khususnya tentang karya seni teatrikal. Beliau selalu berlatih di sela-sela jam kosong pelajarannya. Hingga akhirnya beliau mencoba untuk mengikuti perlombaan pembacaan puisi. Kang Abik berhasil merebut predikat juara harapan. Kemenangan ini mengawali kesuksesan beliau di lomba-lomba berikutnya, beliau selalu mendapatkan juara 1. Kemudian beliau berinisiatif untuk mendirikan kelompok teater di sekolahnya. Selama SMA beliau sering mengikuti lomba menulis di sekolahnya dan mengirimkan tulisan-tulisannya di mading Sekolah. Melihat keaktifan Kang Abik dalam penulisan di sekolah, suatu ketika beliau diminta guru bahasanya untuk mengikuti lomba Karya Ilmiah Remaja (KIR). Berpartisipasi dalam lomba KIR adalah pengalaman pertama untuk Kang Abik. Dalam kurun waktu 2 minggu beliau bersama temannya menyusun karya ilmiah yang berjudul “Analisa Dampak Film Laga terhadap Kepribadian Remaja”, tema ini berlatarbelakang dari film “The Legend of The Condor Heroes” yang sedang booming di masyarakat. Kang Abik berhasil mendapatkan juara terbaik 5. Ini merupakan prestasi pertama beliau dalam karya tulis-menulis. Setelah mengenyam pendidikan SMA selama 3 tahun. Kang abik melanjutkan studinya ke Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadist Universitas Al-Azhar, Kairo. Di Al-Azhar, beliau masih aktif menulis puisi atau artikel di mading-mading dan buletin kampus. Setelah menyelesaikan program sarjananya, beliau belum berkeinginan untuk kembali ke Indonesia. Kang Abik bergabung ke kelompok penerjemah untuk membiayai kehidupannya sehari-hari dikarenakan beasiswanya yang telah habis. Dengan bergabungnya Kang Abik di kelompok penerjemah, beliau belajar banyak tentang menulis karya panjang yang mudah dimengerti dan lebih profesional. Dari sinilah beliau memulai untuk menulis cerpen dan novel.
Bagaimana proses yang dialami Kang Abik dalam penulisan Ayat-ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, dan lain-lainnya?
Proses yang dialami Kang Abik tidaklah serba instant. Sebelum menulis novel, beliau sering menulis cerpen-cerpen di majalah kampus dan juga buletin kampus. Kang Abik memulai untuk serius dalam menulis ketika kang abik menjadi kontributor di majalah An-Nida. Karya pertama yang dimuat adalah puisi yang berjudul “Penyair Muda”. Kemudian dilanjutkan dengan karya-karya tulisan epik (cerpen-cerpen perjuangan), beberapa karya Kang Abik di majalah An-Nida adalah Bayi-bayi Tertawa, Peluru untuk Amru, dan lain-lainnya. Kang Abik pernah mengikuti acara pembacaan puisi se-dunia di Kuala Lumpur, Malaysia. Pada acara ini beliau dinobatkan sebagai Penyair Termuda.
Bagaimana caranya agar kejadian dalam kehidupan kita sehari-hari tidak hanya lewat begitu saja, tetapi kejadian-kejadian tersebut dapat menjadi tulisan yang bagus?
“Kalau kita ingin tulisan kita lancar dan terasa ringan, kita menulis apa yang paling kita ketahui atau kuasai, dan juga hal yang kita senangi dan minati” adalah pesan Kang Abik yang harus digarisbawahi jika kita ingin menghasilkan karya tulisan yang bagus.
Ayat-Ayat Cinta ditulis setelah beliau pulang dari Kairo. Saat itu beliau mengalami kecelakaan yang menyebabkan kakinya patah. Pada masa penyembuhan beliau memulai untuk menulis novel Ayat-Ayat Cinta. Novel ini berlatarbelakang kehidupan mahasiswa di Mesir, karena saat itu beliau lebih mengenali seluk-beluk Mesir dibandingkan kota Semarang yang telah beliau tinggalkan selama 7 tahun, selain itu beliau lebih tahu bagaimana pahit manisnya kehidupan mahasiswa Mesir dibanding mahasiswa-mahasiswa di Semarang.
Kang abik memberikan tips-tips agar hal-hal yang kita lalui tidak berlalu begitu saja,
1. Jangan meremehkan hal-hal yang kecil, karena bisa jadi hal-hal kecil tersebut dapat dijadikan hal-hal yang unik dan menarik dalam tulisan.
2. Penulis itu harus PEKA.
“Sastra yang baik itu tidak selalu yang besar-besar, tetapi suatu hal kecil yang bisa jadi besar”, pesan penting dari beliau.
Banyak tokoh-tokoh luar biasa di novel Kang Abik, bagaimana Kang Abik menemukan tokoh-tokoh itu?
Bagi Kang Abik “Menulis tidak untuk memuaskan kritikus”.
Setiap orang memiliki cara-cara yang berbeda dalam tulisannya. Beliau memilih tulisan yang penuh dengan motivasi untuk para pembaca. Kang Abik memperbanyak porsi baik dalam tulisannya dibandingkan dengan porsi jahat. Hal ini tercermin pada Al-Qur’an dan Al-Hadist, porsi kebaikan yang disampaikan jauh lebih banyak dibandingkan porsi keburukan. Oleh karena itu dalam novel-novel beliau lebih menonjolkan kebaikan-kebaikan pemerannya seperti sosok Fahri dan Azzam. Melalui novel ini, beliau ingin memberikan ide-ide yang baik kepada masyarakat. Kang Abik berharap banyaknya orang-orang baik seperti Fahri ataupun Azzam bermunculan di masyarakat.
“Penulis itu seperti FOTOGRAFER”, dimana dia harus pandai mencari angle yang bagus. Suatu tempat atau lukisan paling jelek sekalipun pasti ada sisi baiknya. Disini beliau berusaha mengambil sisi baiknya.
“Boleh berimajinasi tapi jangan sampai ditulis. Air mengalir dari hilir ke hulu itu salah, tetapi tetap dari hulu ke hilir. Walaupun jalan berkelok-kelok, ada mutiara dan sebagianya, originalitasnya harus tetap ada”.
Dalam novel Ayat-Ayat Cinta, Fahri mendapatkan seorag istri yang sempurna, Aisyah. Inspirasi ini Kang Abik dapat dari seorang mahasiswa Indonesia yang kuliah di salah satu kota di Mesir. Dia mendapatkan istri yang cantik, pintar, dan sholihah. Istrinya adalah putri seorang imam besar disana.
Apa motivasi Kang Abik dibalik kesibukan aktivitasnya yang banyak, yaitu sutradara, penulis, dakwah, dan lain-lain?
“Ingin ikut andil dalam memperbaiki moral bangsa”, jawab beliau.
Alasan beliau berkecimpung di dunia sinetron karena menurut hasil survey:
1. Masyarakat Indonesia lebih banyak yang melihat sinetron dibandingan dengan film.
2. Intensitas melihat sinetron lebih banyak.
Jika ingin menyebarkan kebaikan maka kita harus mencari celah untuk menyampaikannya secara mudah, yaitu caranya mencari hal-hal yang diminati atau disukai oleh masyarakat, salah satunya melalui sinetron. Selain itu beliau membuat sinetron Ketika Cinta Bertasbih bertujuan memberikan inspirasi kepada lain-lainnya agar menciptakan sinetron-sinetron yang baik, mendidik, dan islami.
Apa obsesi kedepan dari kang abik?
Obsesi beliau adalah ingin menciptakan karya yang manfaat dan berkah sebanyak-banyaknya, ingin menularkan rasa cinta kepada Negara dengan minimal tidak memberikan masalah untuk Negara dan berusaha untuk memberikan kontribusi kepada Negara. Contoh, memberikan pencitraan yang baik jika kita berada di negeri orang, sehingga pandangan orang lain terhadap warga Indonesia adalah orang Indonesia itu orang yang baik. Selain itu kita juga harus selalu berusaha untuk berpikir positif dalam menghadapi segala hal.
Pertanyaan tersebut menjadi akhir dari dialog kepenulisan bersama Kang Abik, sesi tanya jawab menjadi pelengkap berakhirnya dialog ini. Dalam sesi tanya jawab kang abik berpesan, “Menulislah Hal-hal yang baik untuk Menginspirasi Orang-orang agar Berbuat Baik”. Sebelum keseluruhan acara berakhir, panitia memberikan kenang-kenangan kepada Kang Abik yang diserahkan oleh wakil ketua KDEI.
Setelah pemberian kenang-kenangan, FLP Taiwan meluncurkan buku pertama mereka, yaitu sebuah antologi berjudul “Ijinkan Aku Mencintai Indonesia”. Buku ini merupakan kumpulan karya-karya tulisan terbaik dari para BMI. Dari acara ini diharapkan semoga semakin banyak bermunculan penulis-penulis yang mampu menuangkan ide-idenya menjadi suatu karya yang besar, karya yang bermanfaat dan barokah, sehingga menginspirasi pembacanya untuk selalu berbuat baik. (Yuna/Humas FORMMIT)