Belajar Dari Tenaga Kerja Indonesia di Taiwan
Pekerja Indonesia merupakan komunitas pekerja migran terbesar di Taiwan. Hingga pertengahan tahun 2010 tercatat sebanyak 150.767 pekerja asal Indonesia menggantungkan nasibnya dengan mengumpulan New Taiwan Dollar (NTD), bekerja sebagai buruh pabrik, nelayan, penjaga orang tua ataupun pekerja domestik. Keberanian mereka dalam mengambil keputusan untuk melakukan pekerjaan 3D (dangerous, dirty demeaning) hadirkan konsekuensi terisolasi dalam kehidupan sosial. Dimulai dari ketrebatasan bahasa, posisi dalam hierarki pekerja di tengah-tengah dinamisasi kehidupan metropolis Taiwan hingga masalah kebijakan. Seperti persoalan waktu libur yang dalam satu bulan hanya satu kali, pun ada yang memiliki kesempatan berlibur setiap sabtu dan minggu, namun jumlahnya sangat terbatas.
Sebagai manusia –apalagi orang Indonesia– yang terbiasa dengan kehidupan sosial yang begitu cair, ramah dan akrab, begitu terjebak dengan dunia lain yang hampir 180 derajat berbeda membuat kondisi baru ini tidak nyaman dan beberapa poin kebutuhan non-material tidak terpenuhi. Sebuah perusahaan telekomunikasi di Taiwan dengan cerdas melihat peluang ini dan meluncurkan layanan video call sebagai produk andalan mereka selaku pionir 3G life. Berbondong-bondong para pekerja memanfaatkan fasilitas ini untuk berkomunikasi dengan sesama rekan pekerja yang juga “terperangkap” dan hanya bisa berkomunikasi via telfon genggam. Bahkan sambil bekerja pun mereka masih bisa berinteraksi satu sama lain, tidak sebatas mendengarkan suara namun ekspresi lawan bicara juga bisa dilihat dengan begitu jelas dan nyata. Jarak benar-benar telah terkalahkan dan bukan permasalahan lagi.
Kelebihan yang ditawarkan tentunya layanan video call dengan kualitas maksimal dan harga yang kompetitif. Bahkan diawal peluncurannya, untuk pemakai provider yang sama, biaya video call diberikan secara gratis. Keunggulan lainnya layanan conference pada video call yang mereka tawarkan sanggup menghubungkan banyak orang dalam satu waktu, tidak terbatas pada hubungan person to person saja.
Perkembangan lebih lanjut, produk video call ini dengan cerdas dimanfaatkan oleh komunitas-komunitas pekerja seperti Keluarga Muslim Indonesia di Taiwan (KMIT) yang memiliki organisasi otonom disetiap wilayah di Taiwan mulai dari utara hingga selatan untuk mengadakan pengajian. Terkadang mereka juga melakukan kerjasama dengan mahasiswa di Taiwan yang tergabung dalam Forum Mahasiswa Muslim Indonesia di Taiwan (FORMMIT) untuk mengadakan pengajian seluler ini. Kini hampir disetiap pelosok Taiwan menjamur pengajian seluler yang biasanya megadakan temu darat di acara tabligh akbar yang diadakan oleh organisasi-organisasi di bawah KMIT. Melalui sarana ini pulalah komunitas berbasis komunikasi seluler di Taiwan bisa memperluas jaringannya. Kebutuhan rohani yang selama ini hanya bisa dipenuhi sekali berapa bulan, kini bisa disajikan secara rutin dan berkala. Para pekerja yang tersekat oleh waktu dan tempat kini punya wadah sendiri untuk berbagi informasi, mengikat silaturrahmi bahkan fungsi advokasi terkait peraturan hukum tenaga kerjapun bisa disebarkan melalui media yang low profile ini.
XL sebagai Pelopor Penyuluhan Seluler
Melihat fenomena yang berkembang di Taiwan, hal yang serupa kiranya dapat diterapkan di Indonesia dengan memfokuskan pada pembenahan dan pembangunan sistem pertanian di Indonesia. Lembaga-lembaga dan pihak terkait dengan pertumbuhan pertanian Indonesia yang selama ini terpisah dan bekerja sendiri-sendiri bisa direkatkan kembali oleh XL sebagai media komunikasi.
Apa yang dapat dilakukan oleh XL? Tentunya menyediakan layanan komunikasi berbasis 3G atau bahkan kedepannya 4G yang murah dan terjangkau oleh semua pihak. Tidak hanya itu, melalui corporate social yang dimiliki oleh XL dapat menjadi pintu gerbang utama untuk membangun kerjasama bagi petani dengan dan antar pemerintah, lembaga pendidikan dan penelitian serta media.
Jika di Taiwan merebak pengajian seluler, mengapa di Indonesia tidak bisa merebak penyuluhan pertanian seluler? Konsep yang bangun dan dipersiapkan oleh corporate social XL pun bisa diawali dengan langkah-langkah sederhana. Seperti diawali dengan mengaktifkan kembali organisasi-organisasi petani yang mati, untuk menghimpun petani-petani yang ada. Bekerja sama dengan pihak universitas yang sejauh ini masih memiliki program KKN (Kuliah Kerja Nyata), sehingga para mahasiswa bisa diterjunkan ke masyarakat sebagai sukarelawan untuk memahami permasalahan dan kondisi dilapangan serta memperkenalkan teknologi video call ini. Pihak lembaga penelitian bisa dihadirkan sebagai pemateri dalam penyuluhan seluler, sehingga para penyuluh di lapangan dari Departemen Pertanian cukup terbantu dalam penyampaian materi dan bisa lebih kreatif serta inovatif lagi dalam menciptakan media transfer ilmu dan teknologi. Selama ini penyuluhan dilapangan sering tidak membuahkan hasil salah satunya disebabkan oleh pola pikir petani yang merasa lebih berpengalaman dan informasi yang disajikan oleh penyuluh bagi mereka biasa saja, barangkali dengan hadirnya metode baru via seluler ini bisa memancing animo dan ketertarikan bagi petani untuk mengikuti penyuluhan-penyuluhan dan pendidikan keterampilan pertanian. Sisi positif lainnya, metode ini juga bisa diterapkan bahkan sampai kepedalaman tanpa harus membuat persiapan yang terkadang terlalu disibukkan oleh aneka basa-basi protokoler dan otomatis akan memangkas banyak biaya. Kelebihan lainnya, metoda sejenis sebenarnya juga bisa diterapkan melalui layanan video call gratis yang ditawarkan melalui internet seperti video conference yahoo messanger, skype dan wiziq. Namun teknologi ini membutuhkan sumberdana dan sumber daya manusia terlatih yang lebih banyak lagi, dengan kata lain tidak praktis. Disamping itu, tidak hanya sebagai media penyuluhan, penyuluhan seluler ini kedepannya bisa menjadi media informasi, pembentukan jaringan komunitas petani diseluruh penjuru Indonesia dan menjadi pintu terbukanya cakrawala ilmu. Sehingga terbentuknya perekonomian nasional berbasis pertanian tidak lagi sekedar harapan tanpa masa depan yang jelas namun sebuah langkah pasti dengan XL selaku reliable corporate-nya.
(Yuherina Gusman)